Hidayatullah.com– Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jazuli Juwaini naik haji ke Tanah Suci pada tahun 1440H/2019M ini. Pada Ahad (11/08/2019), Jazuli bersama para jamaah haji lainnya menjalani salah satu rangkaian ibadah haji, yaitu sai.
Diketahui, sai adalah salah satu rukun haji dan umrah yang dilakukan dengan cara berjalan kaki dari bukit Safa ke bukit Marwah. Dua bukit ini berada di dalam lingkungan Masjidil Haram di Kota Makkah, Arab Saudi.
Menurut Ketua Fraksi PKS Komisi I DPR RI itu, sai merupakan lambang perjuangan maksimal dalam upaya menggapai karunia Allah.
“Sa’i adalah simbol perjuangan dan kerja keras dan ikhtiar maksimal seorang dalam menggapai karunia Allah Subhanahu Wata’ala, ingat ibunda Hajar,” ujarnya, Ahad (11/08/2019) yang rajin meng-update perjalanan hajinya lewat akunnya di twitter.
Pantauan hidayatullah.com di akunnya @JazuliJuwaini, semalam, Jazuli juga menginfokan saat ia hendak memasuki tempat lempar jumrah.
“Bismillah, menuju tempat jumrah aqabah yang harus melewati terowongan, siap-siap mau masuk terowongan,” tulisnya.
Waktu hujan lebat mengguyur Padang Arafah di hari puncak ibadah haji (wukuf), Jazuli turut menginformasikan kejadian tersebut.
“Suasana hujan lebat di Arafah saat jamaah sedang wukuf,” tulisnya (10/08/2019).
Jazuli mengaku, saat wukuf di Arafah, ia turut mendoakan kebaikan bagi bangsa Indonesia.
“Dari Arafah kami bermunajat, ya Rabb jadikanlah negara kami Indonesia negara yang aman, tenteram, maju, berkah, dan sejahtera rakyatnya,” tulisnya.
Untuk diketahui, pelaksanaan ibadah haji telah memasuki fase puncaknya. Setelah jamaah berada di Arafah untuk melaksanakan wukuf, kemudian berpindah ke Muzdalifah dan Mina.
Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah Subhan Cholid menerangkan, jamaah haji diberangkatkan ke Arafah sejak Jumat pagi (09/08/2019) hingga tengah malam untuk melaksanakan wukuf pada Sabtu (10/08/2019) lalu.
Proses wukuf dimulai saat memasuki waktu shalat zuhur. Jamaah melaksanakan shalat zuhur dan ashar berjamaah yang dilaksanakan secara jamak dan qashar.
Setelah itu, jamaah haji mendengarkan khutbah wukuf. Dilanjutkan berdoa dan berdzikir yang dilakukan secara pribadi maupun berkelompok, hingga menjelang terbenamnya matahari.
Setelah matahari terbenam, barulah jamaah haji diberangkatkan ke Muzdalifah, atau pada tanggal 9 Dzulhijjah. Setelah matahari terbenam, jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah untuk mabit sebentar saja, kata Subhan, Sabtu lalu.
Nantilah pada tengah malam, jamaah diberangkatkan ke Mina. Di sini, jamaah tinggal selama 3 hari, mulai tanggal 10 sampai 13 Dzulhijah. Masa tinggal di Mina paling lama karena jamaah akan melempar jumrah.
Akan tetapi, jelasnya, jamaah haji memiliki pilihan setelah meninggalkan Muzdalifah. “Boleh memilih akan langsung ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf dan sai atau melaksanakan jumrah aqabah untuk tahalul awal,” tuturnya kutip Liputan6.com.
Bagi jamaah yang fisiknya kuat, selama di Mina setelah jumrah kemudian berjalan kaki menuju Masjidil Haram untuk thawaf dan sai.
Tapi, jamaah juga diperbolehkan thawaf dan sai setelah kembali ke hotel usai tanggal 13. Jamaah bisa mengistirahatkan diri secara fisik di hotel untuk kemudian melaksanakan thawaf ifadah.
Patut diingat, bila ini menjadi pilihan maka jamaah harus tetap menjalankan larangan ihram. “Setelah tahalul awal dia diperbolehkan berganti baju tapi masih ada satu larangan yakni tak boleh berhubungan suami dan istri,” jelasnya.
Setelah itu, puncak pelaksanaan ibadah haji pun selesai. Jamaah, terangnya, tinggal menunggu saat pulang dan thawaf wada dan kembali ke tanah air.*