Hidayatullah.com–Sedikitnya 24 orang dipaku di tiang salib di Filipina untuk meniru prosesi penyaliban Yesus dalam perayaan Jum’at Agung (22/4). Meskipun aksi itu telah dilarang Gereja Katolik Filipina, namun penyelenggara tidak ambil pusing dan bahkan para turis pun menjadikannya tontonan yang mengasyikkan.
Ruben Enaje, pria berusia 50 tahun berteriak kesakitan saat telapak tangannya dipaku oleh penduduk desa yang berpakaian ala Romawi dan berbaring di atas kayu salib selama beberapa menit.
Menurut pejabat setempat, ada 23 warga Filipina lainnya yang disalib seperti Enaje. Mereka adalah penduduk desa San Pedro Cutud di Provinsi Pampanga.
Sebagaimana dilansir Associated Press, penyaliban kemarin merupakan yang ke-25 bagi Enaje. Prosesi tersebut dilakukan pria yang berprofesi sebagai tukang cat itu setiap tahun, sebagai ucapan syukur karena ia tidak tewas dan tidak mengalami patah tulang saat terjatuh dari gedung bertingkat tiga tahun 1985 silam.
Selain penyaliban, kerumuman “pendosa yang menyesal” berjalan beberapa kilometer mengelilingi desa sambil memukuli punggungnya yang tidak berbalut pakaian dengan tongkat tajam dari bambu atau kayu, dan kadang memerciki penonton dengan darah.
Sebagian peserta sengaja membuka luka di punggung rombongan pendosa dengan pecahan kaca, untuk memastikan bahwa acara tersebut cukup berdarah-darah.
Para pemimpin gereja di Filipina, negara dengan umat Katolik Roma terbesar di Asia, menyatakan ketidaksenangannya dengan ritual Paskah tersebut.
Uskup Agung Angel Lagdameo yang berbasis di Provinsi Iloilo mengatakan bahwa penyaliban dan pencambukan itu merupakan “imitasi yang tidak sempurna dengan efek signifikan yang meragukan secara teologis maupun sosial.”
Uskup Pampanga Pablo Virgilio David mengatakan ritual berdarah-darah itu menunjukkan kegagalan gereja dalam mendidik umat Kristen Filipina.
Namun pernyataan gereja dibantah Enaje. “Kami tumbuh dengan tradisi ini dan tidak ada yang bisa menghentikan kami.”
Menurut pejabat setempat, tidak kurang dari 30.000 orang, termasuk tiga duta besar negara Eropa, menyaksikan acara tersebut sambil mengabadikan tontonan itu dengan kamera. Lebih dari 20 turis pingsan akibat kepanasan. Sebuah ambulan disiagakan di lokasi acara.
Tidak ada orang asing yang diperbolehkan ikut serta dalam acara tersebut, setelah beberapa tahun lalu seorang warga Australia disalib dengan menggunakan nama palsu di Pampanga.
Yang lebih kelewatan adalah perbuatan seorang warga Jepang. Menurut petugas pariwisata setempat, Ching Pangilinan, seorang pria Jepang berusaha untuk disalib sebagai bagian dari pembuatan film porno di tahun 1996.
“Mereka mengolok-olok tradisi lokal kami,” kata wanita itu.*