Hidayatullah.com—Sekelompok aktivis dari negara asing yang akan menuju Jalur Gaza ditahan di bandara Kairo. Mereka menuntut biaya tiket dan visa dikembalikan sebelum meninggalkan bandara.
Sebuah delegasi terdiri dari 58 aktivis asing, kebanyakan dari Prancis, tiba di Kairo dari Paris pada Kamis pagi (6/3/2014). Mereka berencana masuk wilayah Palestina di Jalur Gaza lewat pintu perbatasan Rafah.
Pihak berwenang Mesir mencegah mereka masuk ke negara itu, lalu wanita-wanita mulai melakukan aksi duduk.
Seorang petugas keamanan dan perwakilan dari Kedutaan Prancis mendatangi bandara dan mencoba membujuk para aktivis itu agar membatalkan rencana mereka ke Gaza dan meninggalkan Mesir, serta mengakhiri aksi protesnya.
Pihak bandara mengatakan, mereka akan mendiskusikan masalah pengembalian uang para aktivis tersebut.
“Hanya 15 dari 58 wanita itu yang dilarang meninggalkan bandara. Enam sudah pergi dan sisanya menolak memasuki negara itu sebagai solidaritas kepada teman-temannya yang dilarang masuk,” kata seorang petugas keamanan kepada kantor berita pemerintah MENA Kamis pagi.
Sedikitnya 11 wanita kemudian meninggalkan bandara Mesir menuju Paris, Brussels dan Frankfurt setelah konsul Prancis meminta para warga negara Prancis tersebut pergi, lapor Al-Ahram.
Pihak berwenang sebelumnya sudah mencegah para aktivis memasuki Gaza. Perbatasan Rafah ditutup sejak bulan lalu, sementara tentara Mesir menghancurkan terowongan-terowongan dan melancarkan operasi militer atas kelompok-kelompok bersenjata di Sinai.
Sejumlah pejabat mengatakan, para aktivis itu bisa dimanfaatkan untuk mempermalukan pemerintah sementara Kairo.
Mesir sedang bersitegang dengan Hamas yang menguasai pemerintahan di Gaza. Pihak Kairo menuding kelompok perjuangan Palestina itu menjadi penyulut tindak kekerasan di Mesir.
Mesir pekan ini telah mendeportasi 13 aktivis, termasuk pemenang Nobel dan aktivis perdamaian asal Irlandia Utara Mairead Maguire.
Salah satu pendiri kelompok anti-perang Code Pink asal Amerika Serikat, Medea Benjamin, hari Kamis kemarin menuduh petugas kepolisian melakukan serangan brutal atas dirinya saat mendeportasinya dari bandara Kairo, sehingga pundaknya mengalami luka.
Pejabat Mesir membantah Benjamin diserang dan mengatakan bahwa wanita itu menolak meninggalkan Mesir meskipun telah diberitahu bahwa perbatasan Rafah ditutup sebab militer sedang melakukan operasi di sana.
Para aktivis itu awalnya akan memasuki Gaza di bawah kepemimpinan Djamila Bouhired, seorang ikon perjuangan kemerdekaan Aljazair dari penjajahan Prancis, tetapi tidak jelas apakah dia sudah tiba di Mesir.*