Hidayatullah.com–Data baru yang dipublikasikan kemiliteran Israel mengungkapkan penurunan antusiasme para pemuda dalam melakukan wajib militer. Data itu juga mengungkapkan penurunan motivasi wajib militer di unit pertempuran.
Data ini dikeluarkan bertepatan dengan jadwal tahunan perekrutan wajib militer di kemiliteran Israel.
Berdasarkan data tersebut, 28.1 persen laki-laki dan 41.9 persen perempuan yang berkewajiban melakukan wajib militer tidak mengikuti undang-undang rekrutmen Israel. Biasanya, wajib militer dimulai ketika warga Israel berumur 18 tahun, demikian kutip laman middleeastmonitor.com, Kamis (17/11/2016).
Selain itu data tersebut juga mengindikasikan bahwa 14.7 persen tidak melakukan wajib militer di bawah ketentuan hukum keagamaan, yang memberikan kebebasan pada pemuda Haredi yang mempelajari Taurat di Yeshiva (universitas Yahudi Orthodox).
Sebagai tambahan, lima persen dibebaskan dari wajib militer karena alasan psikologis, 2.1 persen karena masalah kesehatan, 3.4 persen karena alasan lain – seperti mempunyai catatan kriminal – dan 2.9 persen sedang berada di luar Israel.
Data Israel itu juga menunjukkan bahwa 14.5 persen tentara muda tidak menyelesaikan masa pelayanan mereka. Mayoritas dari mereka dibebaskan dari wajib militer karena alasan psikologis, dan tidak menerima sertifikat tamat pelayanan militer.
Lebih jauh lagi 34.7 persen dari perempuan muda yang direkrut untuk pelayanan militer menerima dispensasi karena alasan keagamaan.
Meskipun begitu, jumlah perempuan yang menyelesaikan pendidikan di sekolah negeri agama dan kemudian pindah untuk menyelesaikan wajib militer mereka telah meningkat dari 934 pada tahun 2010 menjadi 2,400 tahun ini.
Jumlah Yahudi Haredi di Israel mencerminkan militer, yang dimana militer belum dapat mencapai target mereka dalam merekrut para Haredi muda. Mereka menarget dapat merekrut 2,700 Haredi pada tahun ini, tetapi sedikit menurun dengan hanya merekrut 2,528.
Bagaimanapun juga, apa yang mungkin paling dikhawatirkan ialah menurunnya antusiasme para wajib militer melayani di unit pertempuran. Tahun lalu 71.9 persen dari mereka yang direkrut mengungkapkan keinginan mereka melayani di unit tempur sedangkan tahun ini menurun hingga 69.8 persen, sebuah penurunan kecil.*/Nashirul Haq AR