Hidayatullah.com—Travis Kalanick, bekas pimpinan eksekutif Uber yang didepak bulan Juni lalu, digugat oleh salah satu investor terbesarnya.
Dilansir BBC Kamis (10/8/2017), Benchmark Capital, pemilik 13 persen saham Uber, menuding Kalanick melakukan kecurangan dengan berusaha memenuhi kursi dewan perusahaan dengan orang-orang yang loyal kepadanya.
Benchmark mengatakan bahwa Kalanick berusaha membuka jalan untuk kembali menduduki kursi CEO perusahaan berbagi pakai kendaraan itu.
Seorang jubir Kalanick menyebut gugatan hukum itu “sama sekali tak ada manfaatnya.”
Dalam isi gugatan yang diperoleh Axios, pengacara-pengacara Benchmark menuding Kalanick berusaha mengakarkan pengaruhnya di kalangan dewan direktur dan meningkatkan pengaruhnya di Uber untuk kepentingan egoisnya sendiri. Kalanick berusaha memenuhi jajaran pejabat perusahaan dengan orang-orang yang berpihak kepadanya sehingga jalan untuk kembali ke pucuk pimpinan eksekutif Uber berlangsung mulus.
Menurut laporan yang berkembang bulan Juli lalu, Kalanick dikabarkan mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia sedang melakukan seperti apa yang pernah dilakukan Steve Jobs, yang didepak pada tahun 1985 dari perusahaan Apple yang didirikannya, tetapi kembali sebagai pimpinan eksekutif satu dekade kemudian.
Gugatan hukum menuntut agar tiga kursi tambahan di dewan perusahaan Uber dihapuskan, Tiga kursi itu diadakan oleh Kalanick bulan Juni 2016.
Kalanick saat ini masih menduduki salah satu dari tiga kursi itu, yang artinya jika gugatan dikabulkan maka dia dapat didepak dari Uber sepenuhnya. Dua kursi lainnya saat ini kosong.
Kalanick dipaksa melepaskan jabatannya sebagai CEO Uber menyusul rentetan skandal yang menghantam perusahaan, termasuk tuduhan pelecehan seksual, diskriminasi gender dan apa yang disebut dengan “budaya tempat kerja yang beracun.”
Uber juga sekarang ini diajukan ke pengadilan oleh Waymo, yang menudingnya mencuri sebagian aspek dari teknologi mobil swakendali.
Dalam sebuah pernyataan, jubir Kalanick menuding Benchmark “bertindak semata untuk kepentingannya sendiri dan bukan demi kepentingan Uber.
Kepada BBC Uber mengatakan tidak akan berkomentar perihal gugatan hukum itu. Benchmark Capital juga menolak memberikan komentar lebih jauh.*