Hidayatullah.com— Otoritas Hiburan Umum (GEA) telah mengumumkan penyelidikan resmi ke sebuah acara yang berlangsung di kota pesisir Jeddah.
Penyelidikan diluncurkan setelah media sosial dan video dari acara itu memicu kontroversi dan menimbulkan pertanyaan atas sifat acara dan tempat.
Banyak pengguna media sosial, dan beberapa media setempat, telah melabeli acara sebagai pembukaan klub malam yang terkenal; Meskipun selalu bersikeras bahwa itu tidak akan melayani alkohol.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting pada akun Twitter-nya, badan pemerintah Saudi itu mengumumkan bahwa: “menurut informasi yang diberikan kepada GEA, acara (Project X) melanggar prosedur hukum dan peraturan yang berlaku, dan belum disahkan oleh tubuh,” kata pernyataan.
GEA pada “awalnya telah mengeluarkan izin untuk acara lain”, kata pernyataan itu. “Kontraktornya kemudian mengambil keuntungan dari perpanjangan izin tersebut untuk melakukan pelanggaran serius dan tidak dapat diterima ini,” dikutip Arab News.
Arab Saudi telah mengizinkan operasi operasi ‘klub malam halal’, arahan penyelidikan langsung.
Sebelumnya, beberapa media melaporkan ‘klub malam halal’ pertama dibuka Kamis lalu di Jeddah.
Ini dilaporkan outlet merek White Brand, yang memiliki klub malam di Dubai dan Beirut.
Penyanyi AS, Ne-Yo, tampil pada malam pembukaan pada hari Ahad, menurut situs web White Pages Saudi Arabia yang mengiklankan acara tersebut.
Menurut iklan, jam buka klub adalah antara jam 10 malam dan 3.00 pagi dengan harga tiket senilai antara 500 dan 1.000 riyal Arab Saudi.
Pembukaan klub malam mengundang berbagai reaksi di media sosial dengan beberapa pengguna memujinya sebagai bagian dari reformasi Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk memodernisasi negara.
Dikutip Al-Jazeera, beberapa pengguna Twitter di Saudi menyuarakan penentangan mereka melalui tanda pagar #Disco_in_Jeddah. Menurut mereka, keberadaan kelab malam ini merusak citra Saudi sebagai negara pemilik situs paling suci umat Islam.
“Kami tidak menerima semua acara yang melanggar nilai-nilai, prinsip, dan moral Islam!” ujar seorang pengguna Twitter.
Konfirmasi pembatalan kabar dibukanya ‘kelab malam halal’ ini juga dikonfirmasi oleh Ne-Yo di akun Instagramnya. Dia mengaku baru tahu acara batal ketika dalam perjalanan ke lokasi.
Istilah ‘klub malam halal’ datang dari pengguna media sosial. Sementara pemerintah dan masyarakat Saudi sendiri menolak acara-acara berbau maksiat seperti ini.
Terlihat ketika laman BBC Arabic menulis judul “Ghadhab Su’udiy Ba’da ‘Ilan ‘an Iftitahi Awwal ‘Disco Halal’ wa ‘Maqha Lailiy lilkibaar’ fi Jeddah” (Masyarakat Saudi Marah Pengumuman Pembukaan ‘Disko Halal’ dan ‘Klub Malam untuk Dewasa’ di Jeddah).
Di hari yang sama, Rabu, (12/6), Supervisor Umum Jeddah Season, Raed Abu Zanada, memastikan bahwa tidak ada satu acarapun di rangkaian Jeddah Season yang berlangung hingga pertengahan Juli nanti, terdapat kegiatan yang melanggar nilai-nilai, kebiasaan, tradisi dan budaya yang berlaku di Kerajaan Saudi.
Raed juga mengajak semua warga Saudi agar tidak mudah percaya dengan kabar yang beredar di dunia sosial.

Dalam beberapa bulan terakhir Saudi telah menutup beberapa tempat hiburan tidak berizin yang tanpa sekat antara pria dan wanita. Akhir tahun lalu, pemerintah Jeddah juga menutup kafe yang mengadakan acara musik yang dihadiri pria dan wanita karena tidak memiliki izin.
Peraturan lebih ketat diterapkan di Makkah, kota suci tempat Masjidil Haram berada. Pada 2017 lalu, Gubernur Makkah Pangeran Khaled al-Faisal menyatakan seluruh acara musik, penampilan DJ, atau live band adalah ilegal di kota tersebut.*