Hidayatullah.com—Prancis akan mengembalikan duta besarnya ke Turki, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada Ahad (01/10/2020). Hal itu setelah berminggu-minggu ketegangan yang meningkat antara kedua negara, The New Arab melaporkan.
Duta Besar Paris diharapkan menindaklanjuti permintaan klarifikasi dari Ankara atas pernyataan terbaru yang dibuat oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sebelumnya, duta besar Prancis dipanggil di tengah kritik Erdogan atas Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah ia membela penerbitan kartun ofensif Nabi Muhammad.
Erdogan adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia Muslim yang mengambil sikap tegas terhadap pernyataan anti-Islam Macron dan menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk memboikot produk Prancis.
Erdogan juga menyarankan Macron perlu memeriksa mentalnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Macron telah menjadi pusat kontroversi dalam menghidupkan kembali debat tentang kebebasan berekspresi, Islam, dan perlakuan Prancis terhadap kelompok minoritas Muslimnya.
Presiden Prancis baru-baru ini kembali membela kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang, yang memicu reaksi balik dari Muslim di seluruh dunia.
Dia juga telah dituduh menganiaya Muslim di Prancis, dengan otoritas Prancis saat ini menindak LSM Muslim di bawah undang-undang ‘separatisme’ baru yang telah dikritik karena membatasi kebebasan sipil.
Masalah ekstremisme agama telah mengemuka ketika Prancis terhuyung-huyung dari 16 Oktober pemenggalan guru Samuel Paty oleh seorang tersangka radikal Islam dari wilayah Chechnya Rusia.
Guru tersebut telah menunjukkan sebuah kartun Nabi Muhammad di kelas setelah kontroversi yang dihasilkan oleh pencetakan ulang karikatur oleh majalah satir Charlie Hebdo untuk menandai awal persidangan tersangka atas pembantaian stafnya pada Januari 2015.
Bahkan sebelum serangan itu, Macron telah menjanjikan kampanye baru yang tangguh melawan radikalisme Islam yang telah menimbulkan kontroversi dan kecaman dari umat Islam di seluruh dunia.
Protes meletus pada hari Jum’at (30/10/2020) di Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Mali, Mauritania dan Lebanon, yang terbaru dari serangkaian demonstrasi massa yang mengecam Prancis.
Para pemimpin dunia juga mempertimbangkan masalah ini, dengan Macron dan Presiden Turki Recept Tayyip Erdogan saling melempar kritik dalam beberapa hari terakhir.*