Hidayatullah.com—Situs berita ‘Alghad’ hari Rabu melaporakan dalam kesepakatan genjatan senjata di Suriah bagian selatan, beberapa pengungsi Suriah yang ada di Yordania kembali ke daerah asal mereka di Suriah Selatan. Jumlah mereka terus meningkat selama seminggu terakhir.
“Terdapat sekitar 200 pengungsi dari berbagai daerah di Yordania yang kembali ke Suriah setia tiga hari. Karena jadwal keberangkatan bus-bus yang disediakan pemerintah Yordania ke titik penyebrangan di daerah Ruwaished hanya tiga hari sekali”, lapornya dikutip laman AlDorar al Syamiyah.
‘Alghad’ menegaskan bahwa para pengungsi yang kembali ke kampung halaman mereka melakukannya dengan suka rela. Dan mereka yang ingin kembali terlebih dahulu mendaftarkan diri dengan kemauan mereka sendiri di kantor khsusus yang melayani permintaan untuk kembali ke kampung halaman di kamp pengungsian.
Baca: Pengungsi Suriah di Turki Mudik ke Suriah dengan Jalan Kaki
“Selama semester pertama tahun ini tidak kurang dari 1700 pengungsi Suriah yang menyebarang perbatasan secara sukarela. Jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan jumlah pengungsi yang kembali dari negara-negar tentangga”, tambanya.
Kembalinya para pengungsi ini berkenaan denga perkembangan situasi keamanan dan kemanusiaan. Syarat-syarat untuk kembali pun lebih ringan daripada sebelum terjadinya perkambangan situasi.
Perbatasan utama dengan Iraq
Sementara itu, Yordania membuka kembali perbatasan utamanya dengan Iraq secara resmi pada hari Rabu. Ini merupakan pertama kalinya sejak 2015 setelah pasukan Iraq berhasil mendominasi jalan utama ke Baghdad dari kelompok Daesh.
Menurut sebuah kantor berita internasional, pembukaan kembali persimpangan Turaib al-Karamah yang dijadwalkan pada 3 September, meningkat setelah melihat kondisi keamanan yang membaik.
“Pembukaan perbatasan sangat penting bagi Yordania dan Iraq … ini adalah arteri penting, Yordania dan Iraq telah membahas pembukaan kembali untuk sementara waktu,” ujar Menteri Dalam Negeri Malaysia, Ghaleb al Zubi mengatakan.
Tentara Iraq menutup pos Tureib, di perbatasan 180 kilometer pada musim panas 2014 setelah militan menangkap hampir semua penyeberangan resmi perbatasan barat sambil menahan sepertiga negara tersebut.
Lalu lintas perdagangan terus berlanjut selama setahun sampai Iraq melancarkan serangan pada bulan Juli 2015 untuk merebut kembali wilayah Sunni Anbar.
Sejak tahun lalu, pasukan Iraq telah memulihkan sebagian besar kota besar di Anbar yang berada di bawah kendali kelompok Daesh.*