Hidayatullah.com–Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tanggal 24 April ke Myanmar dinilai tidak meninggalkan bekas positif terhadap kepentingan umat Islam Myanmar. Buktinya, himbaun SBY tentang rekonsiliasi Rohingya kepada Myanmar justru tak mengurangi aksi pembantain dan pemusnahan Muslim Myanmar sebagaiman terjadi pada hari Selasa, (30/04/2013) kemarin.
“Sambutan pemerintah Myanmar atas kedatangan SBY hanya formalitas dan seremonial belaka, SBY gagal menekan pemerintah Myanmar untuk menghentikan kekerasan kepada umat Islam Myanmar,” demikian disampaikan Heri Ariyanto, Direktur Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) pada hidayatullah.com melalui sambungan telephone.
Menurut Heri, kekerasan terhadap kaum Muslim yang dilakukan kelompok Buddhis di daerah Minlan, Bago Devision ini justru menyebabkan 500 rumah, 6 masjid, dan 2 madrasah dirusak dan dibakar, serta satu korban meninggal.
“Kekerasan ini dilakukan kelompok ekstremis Budha atau yang di kenal dengan kelompok 969, bertujuan mengeliminasi umat Islam Myanmar,” ungkap Heri yang baru saja pulang dari Myanmar hari Senin (29/04/2013).
Menurut Heri, kelompok 969 dipimpin oleh Wirathu, telah mengorganisir kekerasan, pengusiran kepada Muslim dan meluas kebeberapa wilayah.
Target kelompok ekstrimis Budha ini adalah mengeliminasi kaum Muslim Myanmar dari basis terbesarnya yaitu di distrik Arakan, kemudian daerah-daerah lainnya.
Gerakan eliminasi Muslim Myanmar yang dihembuskan ekstrimis Budha 969 menurut Heri semakin menggila. Di daerah Meiktila, misalnya, lebih dari 400 orang tewas, 100 di antaranya anak-anak, 4000 rumah rusak, dan 13 masjid hancur.
“Provokasi yang disebarkan oleh Wirathu melalui, orasi, selebaran kertas, dan sticker bertuliskan 969, berhasil menggerakan kaum Budha memakai cara berupa pembunuhan dan pengusiran secara paksa dari tanah dan rumah-rumah mereka sendiri.”
Heri mengaku berada di wilayah itu selama 10 hari, sejak tanggal 21-30 April 2013.*/Samsul Bahri