Hidayatullah.com– Sebanyak 20 orang anggota Pengurus Wilayah Syabab Hidayatullah Sulawesi Selatan (Sulsel) mengunjungi kantor redaksi harian Tribun Timur di Jalan Cenderawasih, Makassar, Sulsel. Sebelumnya, mereka mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar Jurnalistik Dakwah di Pondok Pesantren Hidayatullah BTP, Makassar.
“Kunjungan ini dalam rangka mengimplementasikan apa yang didapat dalam pelatihan jurnalistik dakwah sebelumnya. Juga menambah wawasan agar lebih profesional,” lapor salah seorang peserta diklat, Fatahillah, kepada hidayatullah.com usai kunjungan tersebut, Ahad (14/7/2013).
Kehadiran Syabab Hidayatullah disambut Wakil Pimpinan Redaksi Tribun Timur Thamsil Tahir. Di sela sambutannya, Thamsil memotivasi alumnus diklat itu untuk menjadi penulis yang handal.
“Kata ‘menulis’ adalah kata kerja (verb), artinya kita memang harus bekerja dalam hal ini ‘menulis’. Jika menulis jangan berfikir, langsung saja tulis apa yang engkau lihat, sebab jika engkau berfikir akan terasa sulit,” pesan Tamsil seperti dilaporkan Fatahillah.
Thamsil lantas menceritakan pengalaman menulisnya. Sejak masih di pesantren, Thamsil mengaku pernah menulis sebanyak 12 buku diary. Karena bukunya habis ditulisi, dia lanjut menulis ke tembok kamarnya.
“(Usai itu) kemudian Syabab Hidayatullah diajak jalan-jalan ke ruang wartawan, musholah dan ruang cetak,” lapor Fatahillah.
Jurnalistik Dakwah untuk Umat
Seperti diketahui, Diklat Dasar Jurnalistik Dakwah gelaran Syabab Hidayatullah Sulsel berlangsung selama dua hari (12-13/7/2013). Pematerinya antara lain Pemimpin Redaksi Kelompok Media Hidayatullah Mahladi, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel Azwar Hasan, dan Thamsil Tahir.
Diklat perdana bertema “Dengan Pena Kutajamkan Dakwah” ini dibuka Pimpinan Wilayah Hidayatullah Sulsel Ustadz Abdul Madjid. Dalam sambutannya, Ustadz Majid berharap diklat ini melahirkan jurnalis dan penulis yang memperkuat dakwah di tengah masyarakat.
“Jika berdakwah melalui ceramah di masjid dan pengajian hanya menjangkau paling banyak 500 orang, maka melalui tulisan akan lebih luas dan abadi melintasi jaman,” tuturnya seperti dimuat laman Tribun Timur (12/7/2013).
Mahladi dalam penyampaiannya mengatakan, pada hakikatnya kaidah dan prinsip jurnalistik semuanya sama. Yang membedakan hanyalah sudut pandang pemberitaannya.
“Jurnalistik itu sesungguhnya hanya sebagai alat, sarana dan dakwah untuk menegakkan kalimat Allah,” ujar Mahladi.
Sementara Azwar dan Thamsil memastikan, jurnalistik dakwah dan menulis merupakan sunatullah. Diungkapkan, tugas jurnalis Muslim termaktub dalam Al Ahzab 45-47: “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan membawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk menyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya, dan untuk menjadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikan berita gembira kepada orang-orang Mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah”.
Menyertakan selalu Allah dalam setiap tulisan dan berita. Misalnya ada berita prestasi dari seseorang, jangan larut untuk terlalu menonjolkan si tokoh, tapi kebesaran Allah-lah yang menjadi penentu dari prestasinya.*