Hidayatullah.com– Mensyiarkan Islam ke berbagai kalangan memang tak bisa serampangan. Terutama dalam konteks kekinian, dakwah mesti dilakukan dengan benar, cermat, tepat, serta efektif.
Begitu pula dalam berdakwah di belantara metropolitan Jakarta. Sebagai Daerah Khusus Ibukota, Jakarta memiliki karakter khusus. Para dai pun dianjurkan menguasai metode dakwah yang tepat sasaran.
Ulasan ini diintisarikan hidayatullah.com dari diskusi terbatas “Dakwah di Ibukota: Realita dan Tantangannya” antara Sekretaris Umum Muhammadiyah, Dr Abdul Mu’ti, dengan jajaran PP Syabab Hidayatullah, Selasa, 26 Shafar 1437 H (08/12/2015).
Dalam kajian rutin di kantor DPP Hidayatullah, Jl Cipinang Cempedak 1, Polonia, Jakarta, itu, Sekjen Institute for Islamic Studies and Civilization (INISIASI), Imam Nawawi, selaku moderator mengawali pembicaraan.
Memantik diskusi, Imam berkata bahwa sejatinya Jakarta adalah milik umat Islam. Namun kini, kata penulis buku Sabar Membawa Nikmat dan Change Yourself to Change the World itu, kaum Muslimin bukan lagi pemilik ibukota.
“Bahkan Jakarta dipimpin oleh orang yang tidak lahir dari rahim Islam,” ujarnya menyinggung Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menampilkan Citra Positif
Menanggapi itu, Abdul Mu’ti lantas memaparkan tips-tips penting untuk “mengambil alih” kembali DKI. Di antaranya, kata Mu’ti, mengemas dakwah dengan cara-cara yang menarik perhatian masyarakat.
Lebih jelasnya, dengan menampilkan sikap, etika, dan citra positif, yang menyentuh berbagai aspek dan kalangan sosial masyarakat.
Misalnya, menurut Mu’ti, dengan melakukan pembersihan kali atau sungai di Jakarta. Contoh lainnya, membina para pecandu narkoba.
“Itu, kan, dakwah yang luar biasa. Kita tidak menyentuh di situ. Berapa sekarang ormas yang membina pengidap narkoba?” ujarnya di depan 20 orang staf dan pengurus berbagai institusi milik Hidayatullah.
Mu’ti menjelaskan, ada beberapa isu pokok di Jakarta. Yaitu soal kemiskinan, pekerjaan, tempat tinggal, keamanan, dan sebagainya.
Isu-isu tersebut, ujarnya, patut dicermati oleh para dai dan lembaga dakwah dalam memetakan gerakannya.
Keterbukaan Antar Ormas
Tips penting lain dalam menyukseskan dakwah di Jakarta adalah sinergi antar harakah dan ormas Islam, bahkan partai politik.
Seirisan itu, menurut Mu’ti, antar ormas Islam perlu sikap saling terbuka dan mendukung. Bukan justru saling menggembosi dan memecah belah.
“Kita memang harus sering (saling) bersilaturahim supaya tidak ada kanibalisme. Harus menjadi bagian komitmen. Memang harus terbuka,” ujarnya.* Bersambung ke berita kedua