Hidayatullah.com–Partai Buruh Australia menuding bekas perdana menteri Tony Abbott sama dengan bakal calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump, terkait komentar kedua orang ini terkait Islam.
Jika Trump menyatakan akan melarang pendatang Muslim datang ke Amerika, Abbott dalam wawancara terbaru dengan kelompok media milik Ruppert Murdoch Sky News menyatakan “Islam perlu melakukan revolusi keagamaan”.
Sebagaimana diketahui, dalam sebuah wawancara terbaru pada (08/12/2015), mantan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan, perlu ada “revolusi agama” dalam Islam dan menyatakan “semua budaya tidaklah sama”.
“Semua hal-hal yang Islam tak pernah miliki – sebuah reformasi, pencerahan, konsep pemisahan gereja dan negara yang dikembangkan dengan baik – itu perlu terjadi,” sambung Tony Abbott dikutip ABC Rabu (08/12/2015).
Ia menerangkan, “Tapi kami tak bisa melakukannya; Muslim harus melakukan ini untuk diri mereka sendiri Tapi kita harus bekerja dengan orang-orang yang mendorong ke arah itu.”
“Semua budaya itu tidak sama dan, terus terang, budaya yang percaya pada kesopanan dan toleransi jauh lebih disukai ketimbang budaya yang berpikir bahwa Anda bisa membunuh dalam nama Tuhan, dan kita harus siap untuk mengatakan itu,” sambungnya.
Mantan PM Abbott berada di Singapura dan selanjutnya akan membahas Islam serta ekstrimisme. Ia juga dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.
Tony dengan Donald Trump
Tak urung, pernyataan Abbott langsung memicu tanggapan. Politisi Partai Buruh Andrew Leigh menyebut pernyataan Abbott itu sebagai “hal yang aneh”.
“Saya tidak percaya kalau Abbott sekarang mengambil peranan seperti yang dimainkan Donald Trump,” kata Leigh.
“Saya kira sekarang orang tidak percaya lagi bahwa dialog dengan masyarakat Islam di Australia bisa dipimpin oleh perdana menteri,” tambahnya.
Ed Husic, politisi Partai Buruh lainnya, dan satu-satunya anggota DPR Australia yang beragama Islam, menilai pernyataan Abbott ini merupakan bagian dari upaya “menjadikan politik Australia senada dengan Donald Trump”.
Pemimpin Partai Buruh yang juga pemimpin oposisi Bill Shorten bahkan menyatakan komentar Abbott itu mengandung unsur “penghinaan”.
“Membuat pernyataan mengenai keunggulan budaya dan agama tertentu sangat tidak produktif. Bahasa penghinaan seperti ini justru merusak upaya kohesi sosial dan saling menghargai dalam masyarakat Australia,” kata Shorten.
Ucapan-ucapan senada dengan yang dilontarkan Abbott ini, kata Shorten, berpotensi mengganggu upaya pihak keamanan dalam menjaga keamanan nasional.
Sebelumnya Trump di AS menyatakan perlunya melarang semua pendatang Muslim ke negara itu karena menurut dia “sebagian besar masyarakat Islam benci orang Amerika”.
Komentar Trump itu langsung menuai kecaman bahkan dari Dick Cheney yang bekas politisi Partai Republik, yang menyatakan larangan semacam itu bertentangan dengan nilai-nilai yang dibela oleh Amerika sendiri.*