Hidayatullah.com–Berdakwah puluhan tahun di berbagai lapisan, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin mengaku sering menerima banyak pertanyaan.
Selama ini jawaban dari pertanyaan itu, menurutnya, bisa dicari dan dijelaskan kepada masyarakat.
“Tapi ada satu pertanyaan yang paling susah untuk dijawab,” ungkap KH. Didin di masjid al-Hijri Dua Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, beberapa waktu lalu.
Disebutkan, pertanyaan yang dimaksud adalah kenapa umat Islam susah bersatu dan dikenal suka berpecah.
“Saya bisa jawab kalau ditanya kenapa Babi itu haram atau pertanyaan agama lainnya. Tapi yang ini saya tidak ketemu alasannya, kenapa begitu,” ujar mantan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
Belakangan ini, diakui pertanyaan itu sering muncul kembali. Kenapa umat Islam sulit bersatu dan seolah saling bermusuhan satu dengan lainnya.
Untuk itu, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut mengimbau untuk bersama-sama mengakhiri dan menghilangkan stigma buruk itu.
“Mulailah berlapang dada dan berjiwa besar. Permusuhan di antara umat Islam hanya menghambat dakwah dan ukhuwah,” papar Kiai Didin menasihati.
Menurut Kiai Didin, selain melemahkan internal umat Islam, fenomena sulit bersatu itu juga mendapat sorotan tajam dari kalangan non Muslim.
Di depan puluhan mahasiswa dan dosen UIKA, Kiai Didin lalu bercerita pengalaman selama kunjungan silaturahim ke masyarakat Islam di Jepang, awal Bulan Mei lalu.
Dikabarkan, beberapa non Muslim di Jepang yang sedianya sudah resah dengan kondisi jiwanya jadi berpikir ulang dengan fenomena ukhuwah di kalangan umat Islam.
“Jangan sampai penampilan yang diakui sunnah itu justru merusak sunnah dan menjauhkan hidayah bagi orang lain,” ucap Dekan Pascasarjana UIKA tersebut.
Terakhir, Kiai Didin sekali lagi berharap untuk menjauhkan hasad (iri hati) antar kelompok dan organisasi Islam.
“Prestasi Muhammadiyah adalah kebanggaan semua umat Islam. Kemajuan dakwah NU itu milik umat Islam juga. Yang lain juga begitu, semua untuk Islam saja, bukan yang lain,” tutup Kiai Didin.*/Masykur Abu Jaulah