Hidayatullah.com– Budaya menulis sama pentingnya dengan budaya membaca bagi seorang penuntut ilmu. Sebab semuanya adalah warisan luhur para ulama.
Demikian dikatakan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi llmu Bahasa Arab (STIBA) Ar-Raayah, Fahmi Ridha, dalam sambutannya pada kegiatan Pelatihan Jurnalistik Dasar.
Kegiatan yang diikuti 900 lebih mahasiswa STIBA Ar-Raayah ini dipusatkan di Masjid Ar-Raayah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu-Ahad (17-18/12/2016).
Menulis dan membaca itu penting. “Apalagi belakangan ini, perang media atau perang opini sangat terasa bagi umat Islam,” ungkap Fahmi.
“Untuk itu pastikan, sebagai penuntut ilmu, harus beri kontribusi yang lebih maksimal untuk bangsa dan agama ini,” imbuhnya lagi.
Seusai pelatihan jurnalistik, BEM Ar-Raayah akan memaksimalkan kembali Divisi Jurnalistik, atau yang biasa dikenal dengan sebutan ‘Jam’iyyah ash-Shahafah’.
“Saatnya beri yang terbaik untuk Islam,” ajak Irwan, mewakili mahasiswa Ar-Raayah.
Pelatihan tersebut diisi oleh pemateri tunggal, Masykur, Ketua Komunitas Penulis Muda Nusantara (PENA) Pusat yang juga Redaktur Majalah Suara Hidayatullah.
Disampaikan Masykur, menulis itu bisa dihukumi wajib, sekira ia dijadikan sarana dakwah menyampaikan kebaikan.
“Kalau dakwah itu wajib bagi seorang Muslim, maka menulis sebagai alatnya juga ikut wajib,” ungkap Masykur sambil mengutip satu kaidah Ilmu Fiqhi.* MAD