Hidayatullah.com– Menulis adalah suatu pekerjaan yang dapat meredam dan mengendalikan emosi dengan baik. Orang yang menulis akan selalu bertambah pengetahuan dan wawasannya.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Dekan Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Prof Didin Hafidhuddin, dalam sambutannya pada acara peluncuran 6 buku penanda Milad UIKA ke-55 di Aula KH Abdullah Siddiq, UIKA, Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.
“Setiap orang hendaknya meluangkan waktunya sebanyak 4 jam dalam sehari semalam. Dua jam untuk membaca, dan dua jam lagi untuk menulis,” ucap Didin memberikan tips.
“Maka insya Allah, dalam waktu 6 bulan, kita sudah mendapatkan konsep yang akan dituangkan dalam tulisan kita. Apabila kegiatan tersebut ditekuni, maka itu akan menjadi hal yang berharga,” lanjutnya.
Dengan menulis, kata dia, seseorang telah memberi banyak manfaat kepada orang lain. Ia mencontohkan Imam Syafi’i yang meninggal dalam usia 54 tahun. Meskipun umurnya tidak terlalu panjang, akan tetapi karyanya tetap abadi dan dimanfaatkan oleh banyak orang hingga kini.
“Demikian dengan Ibn Khaldun, seorang pemikir Islam yang hebat dan melahirkan karya yang fenomenal. Di antaranya yaitu Muqaddimah yang berisi tentang berbagai ilmu, di antaranya ilmu sosiologi, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi, dan sebagainya,” tambahnya.
Acara peluncuran 6 buku tersebut, kata dia, bertujuan untuk menghidupkan kultur menulis dan menghasilkan karya di antara civitas akademika. Ia pun mengharapkan akan lahirnya sosok Ibn Khaldun muda dari UIKA.
Menulis itu Nikmat
Pembicara lain yang juga salah seorang penulis dari 6 buku itu, Hendri Tanjung, Ph.D, mengatakan bahwa aktivitas menulis itu menyenangkan. [Baca: Peluncuran Enam Buku Tandai Milad UIKA ke-55]
“Menulis adalah suatu kenikmatan. Saya bersemangat dalam menulis karena saya menyadari bahwa waktu tidak berjalan lama dan kematian semakin dekat,” ujar dosen UIKA penulis buku 50 Pertanyaan Seputar Ekonomi Islam ini.
Menurut Hendri, terdapat perbedaan ulama dulu dan ulama sekarang. Ulama dulu tulisan dan karyanya banyak. Ulama sekarang ceramahnya yang banyak.* Kiriman Arsyis Musyahadah, mahasiswi Pasca Sarjana UIKA Bogor