Hidayatullah.com– Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku tak sepakat atas keberadaan alumni 212 untuk kepentingan politik pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Menurutnya, gerakan alumni 212 saat ini sama sekali tidak punya konteks dalam Pilkada.
Bagi Dahnil, alumni-alumnian itu memanfaatkan keikhlasan umat ditarik ke dalam konteks politik, sehingga kehilangan makna hakikinya.
Baginya, politik Islam adalah nilai. “Bukan sekadar angka elektoral yang mau dimanfaatkan untuk kepentingan jangka pendek,” ujarnya dalam pernyataannya untuk hidayatullah.com Jakarta kemarin, Jumat (12/01/2018).
Baca: Mahfud: Buang-buang Waktu Bicarakan 212 Politik atau Bukan
Menurut Dahnil, Aksi Bela Islam (Aksi 212) konteksnya merupakan kemarahan umat atas ketidakadilan hukum terhadap penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, 2016 lalu.
”Terus alumni-alumnian sekarang ini konteksnya apa sehingga harus merawat kemarahan?” ungkapnya.
Dahnil mengaku, saat itu ia dan banyak warga Muhammadiyah maupun umat Islam lainnya ikut Aksi 212 tanpa ada sama sekali konteks politik.
Tetapi hanya bentuk panggilan untuk melawan ketidakadilan hukum atas Ahok yang saat itu tak kunjung diproses secara hukum. “Tidak ada urusan dengan politik-politikan Pilkada,” ungkapnya.
Dahnil memandang, mereka yang membentuk alumni-alumnian itu sejak awal ada niat berpolitik maka wajar jika saat ini mereka kecewa. Karena bagi mereka, masih menurutnya, politik Islam itu tentang angka elektoral.
”Bagi kami yang murni mendorong gerakan itu sebagai ‘kemarahan’ terhadap penistaan, politik Islam adalah nilai bukan angka elektoral, jadi saya tidak pernah peduli dengan manuver partai politik yang berkoalisi dalam Pilgub,” ujarnya.
Dahnil berpendapat, manuver parpol itu biasa saja, sebab semua perilaku politikus itu sama.
“Jadi stop laku kamuflase ukhuwah atau politisasi ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah harus dibangun dengan otentik bukan sekadar bermaksud elektoral yang miskin nilai,” ujar Dahnil berpesan.
Tanggapan Dahnil ini disampaikan menanggapi keterlibatan Sekjen FUI Muhammad Gatot Saptono alias Al-Khaththath yang mengatasnamakan Alumni 212 pada Pilkada serentak 2018 salah satunya, rekomendasi untuk mengusung La Nyalla Mahmud Matalitti pada Pilkada Jawa Timur 2018.
Khaththath maunya kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dapat ditiru pada Pilkada di provinsi lain, meski dalam praktiknya tidak harus sama seperti itu.*
Baca: Disebut Massa Bayaran, Pimpinan DPR: 212 Gerakan Sosial