Hidayatullah.com– Pada serangkaian acara Islamic Book Fair (IBF) 1441H/2020M yang berakhir pada Ahad (01/03/2020), antara lain digelar peluncuran buku dengan topik yang ditujukan untuk milenial, orangtua, dan guru.
Buku berjudul “Panduan Bermuamalah melalui Media Sosial” yang diterbitkan Emir ini ditulis oleh Asrorun Ni’am Sholeh, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Saat peluncuran buku, Asrorun menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah buku sebagai jendela ilmu.
Dengan alasan tersebut membuatnya tergerak menulis sebuah buku yang membahas bagaimana seharusnya sikap dalam bermedia sosial.
“Tentunya saya tergerak menulis sebuah buku, karena buku merupakan jendela ilmu. Perkembangan tenologi merupakan sebuah budaya dan telah dibudidayakan oleh manusia. Makanya sudah sepantasnya manusia berbudaya secara baik dalam bersosial media,” ucap Asrorun di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Melalui buku itu, Asrorun mengajak masyarakat, orangtua, dan para milenial, agar memanfaatkan secara bijak media sosial (medsos) sebagai wujud perkembangan teknologi.
Sebab lewat medsos itu pula, dapat dibangun inovasi yang positif di tengah perkembangan teknologi digital.
Ia berharap dengan adanya perkembangan teknologi, membuat manusia tidak melakukan berbagai macam ujaran kebencian, perbuatan menyinggung SARA, hingga berbagai hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan.
“Kita kembalikan fungsi medsos ini untuk membangun peradaban, untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, dengan cara memanfaatkan secara baik untuk kepentingan sumber informasi yang terpercaya,” tuturnya.
Medsos, menurut Asrorun, bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan pengetahuan dengan sumber-sumber belajar berbasis digital. Medsos juga dapat merekatkan kohesi dan persaudaraan sebagai bangsa di tengah perbedaan.
“Teknologi digital ini bisa menjadi salah satu perajut persatuan kita, persaudaraan kita, di tengah keberbedaan,” ucap Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Asrorun mengingatkan, jangan sampai yang terjadi justru sebaliknya, hingga menyebabkan pertikaian karena penggunaan medsos secara tidak bijak. Misalnya dengan menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, ajaran yang memuat intoleransi, dan kebencian atas dasar suku, agama dan ras (SARA).
“Medsos bisa kita optimalkan misalnya untuk kepentingan usaha, mencari teman, memberikan panduan bagi masyarakat. Jadi, ayo anak muda, banjiri medsos kalian dengan konten-konten positif, kreatif, inovatif, dan bermanfaat, sehingga tidak ada ruang sekecil apapun untuk beredarnya konten-konten negatif di tengah masyarakat,” paparnya.* Abdul Mansur J