Hidayatullah.com—Situs web pemesanan perhotelan resmi Piala Dunia FIFA Qatar 2022 telah mencantumkan Palestina sebagai pilihan negara. Hal ini menjadikan negara penjajah ‘Israel’ sewot.
Kantor berita Palestina WAFA mengatakan daftar sebelumnya berbunyi “Wilayah Palestina, Diduduki” sebelum diubah menjadi “Palestina.” Langkah ini telah menerima reaksi beragam di media sosial, dengan aktivis Palestina dan pro-Palestina mendukungnya, sementara pendukung ‘Israel’ dan Zionis menganggapnya sebagai hal “memalukan”.
Media-media pendukung ‘Israel’ mencatat bahwa keputusan itu “memicu kemarahan”, meskipun mengakui sejumlah negara lain seperti Azerbaijan, Armenia dan Georgia juga tidak disebutkan di situs tersebut, lapor Arab News.
Warga ‘Israel’ yang ingin memesan tiket perjalanan ke Doha untuk pertandingan harus memilih Palestina sebagai wilayah mereka daripada ‘Israel’. Winterhill Hospitality adalah agen penjualan eksklusif keramahtamahan pertandingan di wilayah Asia dan Oseania untuk program keramahtamahan resmi.
Penggemar sepak bola Arab ikut meramaikan media sosial dan memuji langkah tersebut, yang digambarkan sebagai “langkah berani dan sah” untuk mengakui Palestina sebagai negara dalam daftar, bukan ‘Israel’.
Kasus ini pertama kali diangkat media ‘Israel’ pada hari Rabu karena nama ‘Israel’ tidak terdaftar di bagian Eropa. “Terima kasih kepada Qatar karena mencoret nama ‘Israel’ dari daftar negara-negara Piala Dunia. Salut untuk Pemerintah Qatar,” tulis salah satu ciutan warganet.
Penggemar sepak bola Lebanon Ali Halawi mengatakan dia senang melihat negara Arab mendukung Palestina. “Qatar telah memutuskan untuk tidak mengakui bahwa ‘Israel’ ada dan tidak memberi mereka hak untuk bergabung dengan acara berbahasa Arab, seperti halnya ketika ada acara asing yang terjadi dan penyelenggara memutuskan untuk tidak mengizinkan siapa pun yang mereka inginkan untuk tidak hadir,” katanya kepada Arab News.
Dia mengatakan mitos tidak melibatkan politik dalam olahraga telah jatuh, terutama karena FIFA dan UEFA mengizinkan tim, klub, dan penggemar untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina dalam perangnya dengan Rusia. “Badan sepak bola internasional harus melakukan hal yang sama karena Rusia dianggap sebagai agresor dan penjajah, begitu juga ‘Israel’,” pungkas Halawi.
Tetapi Ali Ebrahim dari Irak mengatakan tidak ada masalah baginya sebagai penggemar sepak bola karena tidak ada tim yang lolos ke turnamen tersebut. “Itu hanya penting (untuk) para penggemar dari negara-negara yang lolos ke acara besar itu,” katanya kepada Arab News, dengan mengatakan langkah itu “tidak lebih dari kemenangan moral bagi rakyat Palestina.”
Seorang pengacara AS-Palestina yang meminta untuk tidak disebutkan mengatakan daftar itu adalah “langkah yang dihargai” yang secara tidak langsung mengakui hak-hak Palestina dan perjuangan berkelanjutan mereka untuk tanah bebas. “Bukannya ini akan mengubah apa pun, tetapi ini adalah kemenangan emosional dan moral. Saya suka sepak bola dan benci politik, jadi saya lebih suka tidak banyak bicara dan menikmati permainannya,” tambahnya.
Samer Osman mengatakan dia tidak suka melibatkan olahraga dalam masalah politik apa pun dan tidak yakin apakah langkah itu akan meningkatkan kualitas hidup warga Palestina di Tepi Barat atau Gaza.
Seperti yang kita ketahui, ‘Israel’ dan Palestina memang terlibat konflik wilayah selama berpuluh-puluh tahun. Ditambah aksi pencaplokan wilayah oleh ‘Israel’ gencar dilakukan dalam beberapa tahun belakangan.
Hubungan diplomatik Qatar dengan ‘Israel’ sendiri sempat memanas setelah penyerangan ke Jalur Gaza oleh negara zionis tersebut.*