Sambungan artikel PERTAMA
Karena rumah sakit penuh sesak dengan jenazah mereka yang gugur dan terluka saat demonstrasi, sang ibu terus mencari hingga seorang wartawan wanita memberitahunya mengenai seorang gadis tidak dikenal yang berada di kamar mayat rumah sakit.
Dengan langkah berat, sang ibu pergi ke kamar mayat. Ia syok ketika menemukan putrinya terbaring di sana.
“Putri saya ingin melintasi pagar perbatasan bersama ribuan warga Palestina dan kembali ke kota asal kami di Palestina bersejarah, tempat keluarga kami sebelum diusir penjajah Zionis pada 1948,” kata sang ibu.
Wesal adalah salah satu dari lebih dari 65 orang yang telah gugur pada hari Senin ketika para penembak jitu (sniper) penjajah Israel menembaki puluhan peserta aksi damai di perbatasan Gaza, Senin (14/05/2018) lalu.
Puluhan warga Palestina syahid dan ratusan terluka saat demonstrasi, yang bertepatan dengan pembukaan kedubes AS di Baitul Maqdis.
Hari Ahas (19/05/2018), tiga warga Palestina kembali gugur akibat luka saat aksi protes hari Senin.
Baca: Inilah Nama-nama Warga Palestina yang Dibunuh Israel Sejak Senin
Sejak 30 Maret 2018, warga Palestina melakukan aksi damai untuk menuntut hak kembali ke rumah-rumah mereka di wilayah-wilayah yang dirampas oleh penjajah Zionis sejak tahun 1948.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, sejak aksi itu, lebih dari 110 warga Palestina gugur dan ribuan lainnya terluka.
Korban gugur termasuk bayi berusia delapan bulan yang dilaporkan meninggal setelah menghirup gas air mata. Peserta aksi, seorang difabel, yang difoto saat ikut melemparkan batu dari kursi roda juga ikut gugur.
Penjajah Israel mengatakan hari Senin bahwa kelompok pejuang Hamas berencana untuk “melakukan pembantaian pada Israel”. Namun, tidak ada tanda sejak ‘Aksi kembali ke Palestina yang Terjajah” dimulai pada tanggal 30 Maret lalu. Tidak ada orang Israel yang dirugikan, kecuali satu tentara terluka ringan dalam aksi ini.
Sementara di Kota Gaza, pada hari Selasa, toko-toko menjual makanan ringan dan semangka segar tetap buka seperti biasa. Sebagaimana anak-anak tetap bermain sepakbola. Jalanan di daerah kantong lebih sunyi dari biasanya. “Rasanya seperti masa perang lagi,” kata seorang warga.
Jalan diblokir oleh tenda terpal biru. Puluhan pria, tua dan muda, duduk di kursi plastik untuk meratapi gugurnya Yazan Ibrahim Mohamed al–Tobasi (23), seorang korban lain.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Baca: Usai Membantai di Gaza, Putra Nentahayu: ‘Persetan dengan Turki’
Ayah Tobasi, Ibrahim, duduk di antara tetangga. “Seluruh dunia sedang menekan tempat kecil yang disebut Gaza ini,” katanya dengan suara lembut dan patah. Dia juga ikut aksi. Dia mengatakan ini adalah “tugas nasional” bagi semua orang dan Palestina dan tetap melanjutkannya.
Hamas telah membayar santunan pemakaman dan juga sumbangan kepada keluarga korban gugur dan terluka, sebuah langkah yang dikutuk penjajah Israel.
Ayah Toubasi mengatakan putranya tidak berafiliasi dengan satu kelompok tetapi mendukung “semua faksi” perlawanan dan pembebasan Palestina.
Meski baru berduka, ia berjanji untuk kembali ke perbatasan dekat Israel untuk ikut demonstrasi lanjutan. “Aku akan berada di tempat Yazan besok,” ujarnya.*