Hidayatullah.com–Reem Abu Irmana kehilangan putrinya yang berusia 14 tahun di perbatasan; Ibrahim al-Toubasi kehilangan putranya
Wesal Sheikh Khalil sudah membuat rencana untuk pemakamannya. Jika pasukan penjajah Israel menembaknya selama aksi protes di perbatasan Gaza, remaja Palestina itu memberi tahu ibunya, dia harus dimakamkan di tempat di mana dia meninggal atau di samping makam kakeknya.
“Dia percaya kematian lebih baik dari kehidupan ini,” kata Reem Abu Irmana sehari setelah kehilangan putri bungsunya.
“Setiap kali dia pergi ke aksi damai dia berdoa kepada Allah agar dapat syahid,” kutip the Independent.
Baca: Presiden Erdogan Mengutuk Keras Tragedi Kemanusiaan di Gaza
Sebelumnya, gadis berusia 15 tahun itu bercanda dengan adik-adik perempuannya di apartemen mereka yang sempit di Jalur Gaza pada Ahad (13/05/2018). Ia bahkan mempersiapkan diri untuk ikut dalam demonstrasi keesokan harinya di timur perbatasan Jalur Gaza.
“Ini bisa jadi makanan terakhirku bersama kalian karena aku mungkin syahid pada hari Senin,” kata Wesal kepada adik-adiknya dengan nada bercanda saat mereka makan malam pada Ahad seperti dikutip Anadolu Agency.
Wesal tidak pernah meninggalkan Gaza, kata Abu Irmana, mengingat seorang gadis yang digambarkannya sebagai “penuh kegembiraan”. Wesal telah menulis lagu untuk ulang tahun ibunya yang akan datang, yang telah dihafalnya dan dinyanyikan di sekitar rumah di hari-hari terakhirnya.
Baca: Kuwait Mendesak Pertemuan Darurat PBB Bahas Pembantaian Israel
Kakak Wesal yang berusia 21 tahun sudah pernah memperingatkan untuk tidak ikut aksi protes –dan mengancam dengan bahasa gurauan- dia akan mematahkan kakinya jika berani mencoba. Tapi Wesal tetap teguh pendirian, kata sang ibu. “Jika saya memiliki satu kaki saya akan tetap pergi. Jika keduanya rusak, saya akan merangkak, ” aku Wesal dikutip sang ibu.
Wesal bangun sangat pagi pada Senin dan membawa adik lelakinya yang berusia 12 tahun untuk bergabung dengan ribuan warga Palestina lainnya dalam demonstrasi Great Return March di perbatasan.
Beberapa jam kemudian, adiknya kembali ke rumah sambil menangis mengabarkan kakaknya telah ditembak serdadu Zionis saat berdemonstrasi. “Saya tidak memercayai perkataannya dan mengatakan pada diri sendiri bahwa putri saya akan segera kembali ke rumah,” ungkap sang ibunda yang tengah berduka itu.
Dengan berurai airmata, sang ibunda berlari ke RS Syuhada Al-Aqsa di Gaza untuk mencari putri tercintanya.* >> (Bersambung)