Hidayatullah.com—Abdi duduk bersila di atas lantai sambil membaca al-Quran dengan temannya ketika awalnya tembakan ke arah orang banyak berkumpul di masjid di Quebec City, Kanada, Minggu lalu.
Semboyan “Allahuakbar” terdengar dari arah pintu dan mendapatkan perhatian orang yang berada di masjid itu.
Namun, pada malam itu, Abdi mengatakan, dia tahu teriakan itu bukan dari orang Islam.
Lima Orang Meninggal dalam Penembakan Jamaah Shalat di Masjid Kota Quebec
“Nadanya berbeda dari seseorang yang biasa berbicara Bahasa Arab atau membaca Al-Quran,” katanya dikutip Reuters.
“Kami semua berpaling ke arah itu dan ketika itu dia mulai menembak,” kata penuntut berusia 22 tahun itu yang menolak memberikan nama penuhnya atas faktor keamanan.
Abdi jatuh ke lantai, menutup kepala dan telinga dengan tangan tetapi masih dapat mendengar pria di sekelilingnya berdoa sehingga ditembak.
“Semua orang jatuh ke lantai dan dua yang sedang berdiri shalat di shaf sama ditembak.
PM Kanada: Penembakan di Masjid Quebec Merupakan Serangan Teroris Terhadap Muslim
“Mereka berdoa: ‘Selamatkan kami dari neraka ini; selamatkan kami dari pembantaian ini,'” kata Abdi dari rumahnya di Montreal.
Abdi berada di Quebec City pada hari itu untuk mengunjungi teman sebelum terperangkap dalam kejadian tersebut.
Berulang kali Abdi mendengar senjata diisi ulang. Dia berdoa penyerang tidak ke lantai atas di mana wanita dan anak-anak berkumpul.
“Saya pikir saya akan mati,” katanya.
Mahasiswa Berusia 27 Tahun Didakwa Penembakan Jamaah Shalat di Masjid Quebec
Abdi yakin dia melihat dua penembak, namun polisi mengatakan, hanya ada seorang penyerang.
Abdi hanya membuka mata ketika polisi mengkonfirmasi suasana sudah aman. Dia berdiri dan melihat orang terluka dan tewas beberapa meter darinya.
“Ini satu detik yang mengerikan,” katanya.
Senin lalu, penuntut universitas warga Kanada, Alexandre Bissonnette dihadapkan ke pengadilan atas enam tuduhan pembunuhan dan lima tuduhan percobaan pembunuhan dengan senjata terbatas terkait dengan kejadian yang menewaskan enam orang dan melukai 17 lainnya.
Serangan itu juga disebut Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau sebagai “serangan teroris.”*