SEPANJANG mata memandang, hanya reruntuhan bangunan amblas ditelan bumi. Rumah-rumah seperti tabrakan beruntun, saling menghimpit, porak poranda. Jalan beraspal sudah tak berbentuk lagi. Pohon-pohon sudah bergeser dari tempatnya. Bau jenazah kian menyengat tak bisa dipastikan asalnya dari reruntuhan yang mana, karena baunya menyerbak kemana-mana.
Seorang bapak paruh baya berjalan di antara puing-puing bangunan yang menyisakan atapnya. Wajahnya menyiratkan duka yang mendalam. Rumahnya yang telah perpindah posisi dari asalnya, hanya menyisakan bagian atap, seluruh badan rumah hancur terbawa tanah yang bergerak. Fenomena seperti itu tak pernah terbayangkan olehnya.
Wajah sedih itu berharap cemas. Kakinya yang terluka ketika berusaha meloloskan diri dari bencana itu hanya beralaskan sendal jepit. Sebuah tulisan di atas dua karton digantung di lehernya. Bertulisan sama digantung bagian depan dan belakang badannya.
Baca: Kisah Relawan: Evakuasi Diancam Warga, Cari Mayat Dapat Ikan Busuk
“Dicari, Arti istri, Fajar anak, warga Perumnas,” demikian tertulis di atas karton itu. Sudah lebih sepekan pasca gempa, Jumat (28/09/2018), dia terus berkeliling daerah Perumnas Balaroa, Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, untuk mencari istri dan anaknya.
Anjas Firmansyah nama bapak itu, ia berharap salah satu dari mereka ada yang selamat. Terutama anaknya.
Kepada hidayatullah.com di depan puing-puing rumahnya, ia bercerita saat kejadian berlangsung.
“Ketika itu menjelang maghrib, saya sedang berada di kamar mandi, istri saya di ruang tamu, anak-anak saya sudah dalam perjalan ke masjid untuk shalat maghrib,” kenangnya, ditemui baru-baru ini.
Saat itulah kejadian berlangsung. Tak ada peringatan sama sekali, tiba-tiba tanah bergoyang dengan sangat kencangnya. Tak selesai, tanah dari dalam terdorong ke atas membuat Anjas yang di dalam kamar mandi langsung terangkat hingga atap. Ia pun berusaha keluar lewat atap rumahnya.
“Tanah bergerak, rumah bertabrakan. Tak pernah masuk di akal saya,” ujarnya.
Dia tak tahu bagaimana nasib istrinya. “Alhamdulillah, anak tertua saya juga selamat. Hanya saja adiknya hingga sekarang belum ketemu.”
Baca: Wapres JK Pantau Perumnas Balaroa Palu yang ‘Ditelan Bumi’
Dia berharap anak keduanya bisa ditemukan dalam keadaan selamat.
“Teman anak saya sama-sama menyelamatkan diri ketika kejadian. Hanya saja anak saya ingin mencari kakaknya, jadi mereka terpisah. Dua hari setelah kejadian, teman anak saya itu ditemukan dalam keadaan selamat,” imbuhnya sambil berharap semoga anak bungsunya bernasib sama
“Semoga anak saya masih hidup,” doanya.*/Sirajuddin Muslim
Berita gempa dan tsunami Palu bekerjasama dengan Dompet Dakwah Media