Hidayatullah.com | Ketika ada hidangan makanan atau minuman yang panas maka kita akan berusaha meniup supaya cepat dingin dan dinikmati. Namun, ada baiknya hal tersebut harus dihindari. Mengapa? Oleh karena dapat menimbulkan berbagai hal yang merugikan dan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Larangan Nabi Tentang Bernafas Atau Meniup Di Dalam Bejana Air
“Nabi ﷺ melarang meniup-niup saat minum. Seseorang berkata, “Bagaimana jika ada kotoran yang aku lihat di dalam wadah air itu?” Beliau bersabda, “Tumpahkan saja.” Ia berkata, “Aku tidak dapat minum dengan satu kali tarikan nafas.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, jauhkanlah wadah air (tempat mimum) itu dari mulutmu.” (HR. Tirmidzi no. 1887 dan Ahmad 3: 26).
“Nabi ﷺ melarang dari bernafas di dalam wadah air (bejana) atau meniupnya.” (HR. Tirmidzi no. 1888, Abu Daud no. 3728, dan Ibnu Majah no. 3429).
Penjelasan Ilmiah
Kita tahu air adalah senyawa H2O dan tiupan mengandung senyawa CO2 (karbondioksiada). Uap air ini akan bereaksi dengan gas karbondioksida yang berasal dari tiupan dan menghasilkan senyawa asam karbonat. Senyawa ini akan terbentuk di dalam air putih yang akan kita minum. Senyawa asam karbornat adalah senyawa yang sifatnya asam. Oleh karena sifatnya ini maka bisa timbul kedaaan yang tidak seimbang pada pH (kadar keasaman) dalam darah
Uap air yang bereaksi dengan CO2 atau gas karbondioksida yang keluar dari mulut, akan membentuk senyawa asam karbonat (carbonic acid). Karena bersifat asam, hal ini bisa memicu ketidakseimbangan pH dalam darah.
Banyak dari kita yang tidak menyadari pentingnya menjaga keseimbangan kadar asam dan basa darah kita. Ini sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. pH darah normal berkisar pada nilai 7,4. Bilamana pH darah bernilai kurang dari 7,2 atau lebih dari 7,6 maka akan menimbulkan gangguan pada otak. Kadar pH darah kurang dari 6,9 atau lebih dari 7,9 maka dapat mencetuskan gangguan kesehatan fatal.
Allah adalah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Allah SWT menciptakan organ paru-paru, ginjal, dan buffer yang mengatasi perubahan pH yang terjadi dalam ambang batas yang kecil. Oleh karena itu, perubahan pH yang hanya dalam nilai kecil tidak memberikan dampak yang berarti bagi tubuh.
Buffer paling penting yang kita miliki dalam tubuh kita adalah campuran karbon dioksida (CO2) dan ion bikarbonat (HCO3). CO2 membentuk asam karbonat (H2CO3) ketika larut dalam air dan bertindak sebagai asam yang melepaskan ion hidrogen (H +) bila diperlukan. HCO3 adalah basa dan menyerap ion hidrogen (H +) ketika jumlahnya terlalu banyak. Singkatnya, pH darah ditentukan oleh keseimbangan antara bikarbonat dan karbon dioksida.
Kita perlu tahu bahwa ada darah dalam H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) dalam darah. Darah adalah buffer (yang dapat mempertahankan pH larutan) dengan H2CO3 asam lemah dan basa konjugat HCO3-sehingga darah memiliki pH 7,35 hingga 7,45 dengan reaksi berikut:
CO2 + H20 <= H2CO3 => HCO3- + H +
Reaksi dikatalisis oleh enzim manusia yang disebut Carbonic anhydrase. Salah satu fungsi enzim adalah untuk mengkonversi karbon dioksida dan bikarbonat untuk menjaga keseimbangan asam-basa dalam darah dan jaringan lain, dan untuk membantu mengangkut karbon dioksida keluar dari jaringan.
Tubuh menggunakan buffer pH (buffer) dalam darah sebagai perlindungan terhadap perubahan yang terjadi tiba-tiba dalam pH darah. Abnormalitas pada mekanisme pengontrolan pH, dapat menyebabkan satu dari dua kelainan utama pada keseimbangan asam-basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu kondisi di mana darah memiliki terlalu banyak asam (atau basa yang sangat rendah) dan sering menyebabkan penurunan pH darah. Sedangkan Alkalosis adalah suatu kondisi di mana darah memiliki terlalu banyak basa (atau terlalu sedikit asam) dan kadang-kadang menyebabkan peningkatan pH darah.
Seiring dengan penurunan pH darah, pernapasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat karena upaya tubuh untuk mengurangi asam berlebih dalam darah dengan menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga mencoba mengkompensasi situasi ini dengan mengeluarkan lebih banyak asam dalam urin.
Walaupun begitu, perihal penjelasan (H2O) dan CO2 ini masih diperdebatkan. Pendapat sebagiannya bahwasanya reaksi uap berlangsung pada tekanan dan suhu yang tinggi. Asam karbonat pun akan terbentuk pada suhu 25 derajat Celcius. Lagi pula asam karbonat ini termasuk asam yang lemah seperti halnya cuka. Oleh sebab itu, dibutuhkan jumlah yang banyak untuk menimbulkan gangguan kesehatan.
Apapun itu, sebaiknya kita menghindari hal-hal semacam ini. Disarankan untuk menjauhkan nafas dari bejana air minum terutama bila air masih panas. Kalaupun bukan manfaat kesehatan yang kita dapat maka minimal pahala mengikuti nabi yang kita dapat. Mudah-mudahan ditemukan fakta ilmiah lainnya seputar hadits nabi yang satu ini.*/dr. Amrizal Zuhdy Sachmud, dokter medis yang mengabdi di salah satu puskesmas di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu juga aktif berbagi informasi kesehatan melalui website DrZuhdy.com dan PenyakitJantung.id