Alhamdulillah Ramadhan telah tiba. Bulan penuh maghfirah yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Semoga pada pekan pertama Ramadhan ini kita mampu mengisinya dengan sebaik-baiknya. Memanfaatkan detik demi detik yang dilalui dengan beragam aktivitas yang dapat mendatangkan pahala dan ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Inilah momen yang sangat tepat bagi umat Islam untuk benar-benar berupaya menjadi hamba Allah yang bertakwa yang berhak atas janji-Nya berupa surga. Oleh karena itu jangan sampai tidak ada niat yang kuat untuk menjadikan Ramadhan kali ini sebagai bulan yang akan mengangkat derajat kita di hadapan Allah Allah Subhanahu Wata’ala.
Siapa yang benar dan sempurna puasa Ramadhannya, kemudian tidak pernah lengah dari melakukan amal sholeh, bahkan selalu bersegera dalam segala bentuk kebaikan, insya Allah tidak ada balasan baginya selain ridha Allah Allah Subhanahu Wata’ala.
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِي
Allah berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. 3 : 133 – 134).
Sekalipun ayat tersebut tidak spesifik untuk Bulan Ramadhan, mengamalkan pesan inti dari dua ayat di atas akan sangat membantu seorang Muslim berhasil meraih tujuan utama dari puasa, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Mengamalkannya di luar Ramadhan saja sudah sangat baik apalagi di bulan suci seperti ini, tentu akan berlipat-lipat kebaikannya.
Di sinilah kita temukan jawabannya, mengapa Rasulullah Shallallahu’alahi Wassalam di bulan suci Ramadhan mengalami peningkatan produktivitas amal sholeh sangat cepat. Di bulan suci, Rasulullah Shallallahu’alahi Wassalam memiliki perencanaan hidup yang baik. Kepeduliannya terhadap kaum papa juga meningkat tinggi. Bahkan sebuah riwayat menyebutkan bahwa di bulan suci tangan Rasulullah lebih ringan daripada angin dalam berinfak.
Rasulullah menjadi lebih pemurah dengan lebih banyak shodaqoh dan kebaikan seperti angin yang berhembus dengan lembut. Nabi Muhammad bersabda, “Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan.” (HR. al-Tirmidzi dari Anas).
Shadaqah di Bulan Ramadhan sangat dianjurkan. Sebab di dalamnya terdapat banyak sekali keutamaan. Seperti sabda Rasulullah Shallallahu’alahi Wassalam, “Barangsiapa yang memberikan makanan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala, sebagaimana pahala orang yangberpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa”. (Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dari Zaid bin Khalid, dengan sanad yang shahih).
Buat Perencanaan
Untuk urusan dunia sudah lumrah orang membuat perencanaan hidup yang detail. Tetapi tidak dengan urusan akhiratnya. Masih sedikit di antara umat Islam yang telah memiliki rencana program yang tertata rapi selama Bulan Ramadhan, umumnya, berjalan apa adanya.
Hal ini tentu harus diperbaiki. Tidak selayaknya di bulan yang penuh kemuliaan ini kita masih menjalaninya dengan gaya hidup lama yang mungkin masih belum tertata rapi dalam upaya peningkatan iman dan takwa. Upaya itu bisa dengan dilakukan dengan program membaca Al-Qur’an berikut terjemah dan tafsirnya. Melaksanakan qiyamul lail, bersedekah setiap hari, atau melakukan berbagai macam amal sholeh lainnya.
Apabila tidak memiliki perencanaan Ramadhan, boleh jadi Ramadhan akan dilalui tanpa makna. Tentu ini satu kerugian besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam senantiasa qiyamul lail selama bulan Ramadhan. Bahkan tidak pernah alpa membaca Al-Qur’an. Imam Syafi’i selalu menghatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali setiap Ramadhan.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa, “Tidak pernah aku melihat beliau (Nabi SAW) melakukan ibadah pada malam hari hingga pagi harinya dan berpuasa selama satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan.” (HR. Muslim).
Jadi, apabila kita benar-benar bahagia atau bergembira dalam menyambut Ramadhan, sudah semestinya kita memiliki program amal ibadah yang akan kita lakukan dengan penuh cinta selama bulan suci Ramadhan. Misalnya saja, selalu berusaha membaca Al-Qur’an, tidak berbicara kecuali penting, atau bahkan mungkin menghadiri majelis ilmu di setiap pekannya.
Jika benar-benar komitmen melaksanakan perencanaan dengan baik, maka akan sangat mungkin karakter seorang Muslim yang berpuasa akan benar-benar sampai pada tujuan puasa itu sendiri, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Sebab merubah tradisi itu bukan hal mudah, kecuali kita bertemu dengan bulan penuh berkah seperti saat ini.
Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk melakukan perubahan diri dalam segala hal. Mulai dari perubahan mindset dari sekuler ke Islami, dari peragu menjadi penuh keyakinan, dan dari malas beribadah menjadi ketagihan dalam beribadah. Mengapa demikian, karena Bulan Ramadhan memberikan ruang untuk itu semua yaitu dengan adanya sunnah untuk melakukan I’tikaf di masjid.
Milikilah rencana ini (I’tikaf di masjid). Insya Allah perubahan ke arah yang lebih baik dalam segala hal dapat diwujudkan dengan lebih baik lagi. Rasulullah sama sekali tidak pernah melewatkan Ramadhan kecuali dengan I’tikaf. “Nabi Shallallahu’alahi Wassalam melakukan iktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau meninggal. Kemudian, istri-istrinya yang melakukan iktikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari-Muslim).
Hindari Berleha-leha
Umumnya masih banyak di antara umat Islam yang lalai dalam mengisi bulan suci. Ada yang masih hobi menonton tv, bahkan ngerumpi, makin sibuk dengan pekerjaan, bahkan tidak jarang justru semakin jauh dari masjid dan al-Qur’an. Atas nama lebaran orang seringkali salah kaprah dengan Ramadhan, terutama pada seminggu sebelum Ramadhan berakhir.
Masjid mulai sepi, semarak Ramadhan pun mulai pudar. Padahal pada saat-saat seperti itu Rasulullah saw justru semakin memperkuat upayanya untuk dapat mencapai target dari tujuan utama puasa itu sendiri. Oleh karena itu jangan sia-siakan momentum berharga ini begitu saja. Jangan karena sedikit lemes kemudian banyak tidur atau justru melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.
“Adalah Rasulullah Shallallahu’alahi Wassalam jika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Jika bulan Ramadhan saja kita masih tidak tergerak untuk bersegera dalam kebaikan, nikmat besar manalagi yang akan mampu mengubah nasib kita? Bersegeralah wahai umat Islam. Ramadhan adalah media terbaik meraih surga. Semoga berhasil, dan meraih kemenangan. Amin.*