INDONESIA adalah sebuah Negeri luas yang dikenal memiliki begitu banyak memiliki kaum intelektual. Dengan jumlah lebih dari 200 juta penduduk, Indonesia jadi bansa yang menakutkan dan menggetarkan musuh-musuh. Hanya saja, faktanya, banyaknya penduduk dan banyaknya kaum intelektual, belum terbukti bisa menyelesaikan problematika persoalan yang ada. Menariknya, kita, termasuk bangsa yang hobi mengadopsi gaya hidup dan budaya lain. Tak maksimalnya kaum intelektual dan menyelesaikan berbagai persoalan, membuktikan ada sesuatu yang “tidak nyambung” di tubuh bangsa ini.
Banjirnya kaum intelektual dan ilmuwan, namun tak ada keberkahan di dalamnya. Akibatnya, kelebihan orang pintar itu tak melahirkan dampak maksimal. Akibatnya, banyak orang bergelar dan berijasah tinggi, namun dalam mengaplikasikan ilmunya tidak mencerdaskan hati dan pikiran banyak orang. Atau mungkin intelektual mereka sebatas gelar yang tertulis di atas ijasah, yang tidak didasari dengan kecerdasan hati dan fikiran. Boleh jadi, ini bagian dari akibat jauhnya kita semua dari al-Qur’ani dan petunjuk-Nya.
Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 203, yang artinya:
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِم بِآيَةٍ قَالُواْ لَوْلاَ اجْتَبَيْتَهَا قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يِوحَى إِلَيَّ مِن رَّبِّي هَـذَا بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Sungguh sangatlah merugi jika seseorang hanya pandai akan urusan dunia yang begitu singkat kehidupannya, tanpa memahami adanya kehidupan di akhirat kelak. Sedangkan Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى) telah menerangkan ayat-ayat-Nya supaya manusia memahami dunia dan akhiratnya. Target mempelajari Al Qur’an bukan hanya mampu membacanya dengan “super kilat”, namun kita harus mampu menjadikannya sebagai penjaga hati dan pemicu kecerdasan berpikir, serta mengimplementasikannya dalam aktivitas diri.
Mungkin kita sepakat jika sekarang ini banyak orang Islam sebagai pewaris Al Qur’an justru phobia pada syari’at Islam yang ada di dalam Al Qur’an itu sendiri. Dengan berjuta dalih, mereka memvonis syari’at Islam adalah aturan yang keras. Sebisa mungkin mereka menyembunyikan tuntunan Islam dibalik paham-paham sekulernya. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, maka Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.Na’uudzubillaahi mindzaalik…
Mencerdaskan Hati dan Pikiran
Membaca dan memahami Al Qur’an akan membawa seseorang pada jalan terang yang penuh ridho Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى). Karomahnya sebagai kitab suci akan dirasakan baik langsung ataupun tidak langsung bagi yang mengamalkannya. Banyak pelajar muslim yang giat dan istiqomah mengkaji Al Qur’an, berprestasi gemilang di sekolah atau lembaga pendidikan tempatnya belajar. Dan tak jarang cendekiawan muslim yang senantiasa berpedoman Al Qur’an, memiliki cara pandang konstruktif serta mampu menjadi rujukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi modern.
Diturunkannya kitab suci Al Qur’an kepada seluruh umat manusia adalah berkah bagi mereka yang memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Al Qur’an juga menyampaikan nikmat Allah swt karena menjadi petunjuk dan solusi atas segala macam problematika kehidupan ini.
Sehingga manusia terbebas dari zaman kebodohan yang penuh kesengsaraan dan kehinaan. Lagi-lagi ini hanya bagi mereka yang mau berfikir dan mengambil pelajarannya. Mari renungkan firman-Nya,
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Yang artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al Imran : 103).
Demikianlah secuil persepsi yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kita bersama sebelum lebih jauh memahami pesan-pesan penting yang terkandung didalam Al Qur’an. Cobalah untuk membaca Al Qur’an disaat fajar menyingsing, karena waktu tersebut hati dan akal kita masih segar dan luang untuk menerima ilmu. Kemudian ulangi membacanya ketika senja meninggalkan langit di ufuk barat. Insya Allah kepenatan jiwa akibat rutinitas seharian akan refresh oleh syair-sayir Kalamullah yang menyejukkan Qalbu. Wallahu’alambishowab.*/Zainal Arifin, PP Syabab Hidayatullah