Menjadi Pengusaha Muslim sejati berarti meninggalkan berbagai praktek nakal dan jahat dalam perniagaan yang merupakan godaan setan
Hidayatullah.com | SEBAGAI umat yang beriman (kepada Alah Ta’ala) dan Hari Akhir, kita kita pasti menyadari bahwa kita akan menjalani kelak di akhirat. Seindah dan seenak apapun kedudupan kita di dunia, semuanya hanya sementara dan segera berlalu.
Suratan takdir ilahi tidak akan pernah membiarkan kita berhenti walau sejenak di dunia. Setiap detik, menit, jam dan hari yang kita lalui terus mendekatkan kita ke kehidupan akhirat yang kekal nan abadi.
“Setiap yang berjiwa akan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahala. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS: Ali Imran: 185).
Demikianlah faktanya, kita benar-benar terperdaya oleh permainan hidup dunia, sehingga kita mengira bertambahnya umur berarti “panjang umur”.
Suatu hari Nabi ﷺ membuat satu ilustrasi sederhana tentang kehidupan dunia. Beliau bersabda:”Apalah artinya kekayaan dunia bagi diriku. Keberadaanku di dunia ini tak ułaknya bagaikan seorang musafir yang sedang singgah berteduh di bawah pohon yang rindang, tak lama lagi ia pasti segera meninggalkannya.” (HR. Al-Tirmizy).
Pohon yang rindang di tengah hamparan padang pasir tentu tampak indah dan menyenangkan. Namun seindah apa pun tempat persinggahan tetap saja kita sebagai musafir tidak akan berlama-lama di bawahnya guna meneruskan perjalanan hingga tiba di tempat
Bebaskan Diri Anda dari Bayang Setan
Dengan menyadari bahwa kehidupan dunia yang tampak indah hanya sementara dan akan segera dilanjutkan dengan kehidupan akhirat, pastilah kita terdorong untuk mempersiapkan diri. Betapa tidak terperdaya dengan andaluya dunia yang fana berarti penyesalan di akhir masa. Demikianlah semangat yang berkobar dalam jiwa orang-orang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan Hari Akhir sejak dahulu.
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadami, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77)
Wajar bila dahulu Rasulullah ﷺ untuk banyak mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, kita semakin dekat Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أكثروا ذكر هاذم اللذات: الموت، فإنه لم يذكره في ضيق من العيش إلا وسعه عليه، ولا ذكره في سعة إلا ضيقها”
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” (HR: Ibnu HIbban).
Dengan memahami ini kita akan akan memahami sabda Nabi ﷺ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا» Artinya,
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda, “Negeri (tempat) yang paling dicintai Allah adalah pada masjid-masjidnya, dan tempat yang paling dimurkai Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR: Muslim).
Imam An-Nawawi menjelaskan, hikmah masjid sebagai tempat paling dicintai Allah karena masjid adalah tempat untuk menjalankan ketaatan pada Allah, dan dibangun dalam rangka mewujudkan ketakwaan kepada-Nya. Sedangkan pasar, biasanya menjadi tempat praktek-praktek penipuan, ingkar janji dan lalai mengingat Allah.
Berbagai praktek nakal dan jahat dalam perniagaan menjadi bagian dari rayuan setan kepada para pedagang, agar hanyut dalam hingar bingar kehidupan dunia dan lalai akan akhirat. Sebagaimana Allah tegaskan ketika menceritakan pasukan iblis, yang artinya,
وَاسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُمۡ بِصَوۡتِكَ وَاَجۡلِبۡ عَلَيۡهِمۡ بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ وَعِدۡهُمۡ ؕ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا
“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.” (QS: Al Isra: 64) ”
Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir menjelaskan segala bentuk kemaksiatan kepada Allah dalam hal harta benda, baik ketika mencarinya atau membelanjakannya itu adalah wujud dan andil setan dalam urusan harta benda kita. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/64)
Pengusaha Muslim Sejati
Karena itu, saya mengajak Anda untuk menjadi pengusaha Muslim sejati. Berbagai kesibukan sebagai pedagang tidak seharusnya menjadikan Anda lalai dari mengingat Allah, dengan menegakkan sholat, menunaikan zakat dan lainnya. Itu semuanya dapat terwujud bila Anda sadar akan adanya kehidupan di akhirat yang ketika itu hanya ada dua pilihan: surga atau neraka.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِ ۙيَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُ ۙ – ٣٧
لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا عَمِلُوْا وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ – ٣٨
“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat), (mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.” (QS: An-Nur: 37-38).
Demikianlah, betapa pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kesadaran akan akhirat dapat membentengi para pedagang dari bayang-bayang godaan setan. Dan sebagai indikator nyata akan kesadaran Anda tentang kehidupan akhirat ialah semangat Anda untuk menyedekahkan harta kekayaan Anda di jalan Allah.
Sahabat Qais bin Abu Gharzah mengisahkan, “Suatu hari Nabi ﷺ mendatangi kami di pasar, lalu beliau bersabda, “Sejatinya pasar ini banyak dinodai oleh perbuatan sia-sia dan dusta, maka campurilah dengan banyak sedekah.” (HR. An-Nasa’i).
Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki. Semoga menggugah Anda untuk terus mengobarkan semangat iman Anda kepada Allah Azza wa Jalla dan Hari Akhir, sehingga hidup Anda senantiasa dalam naungan keberkahan ibadah kepada Allah Azza wa jalla.*/Dr Arifin Badri, “Mengingat Allah di Pasar, Majalah Pengusaha Muslim”