BISYR BIN HARITS menyampaikan,”Aku bernafsu ingin berceramah. Kalau sudah hilang nafsuku maka aku akan berceramah.” Dalam ungkapan lain beliau berpesan,”Jika engkau bernafsu untuk berbicara maka diamlah. Jika engkau tidak bernafsu maka bicaralah.”
Imam Al Ghazali menjelaskan pernyataan Bisyr tersebut. Beliau melarang berbicara saat timbul nafsu untuk berbicara karena hal ini merupakan bentuk kesenangan terhadap kedudukan, sedangkan kedudukan sebagai pembicara merupakan kenikmatan terbesar dari kenikmatan duniawi. Barang siapa menuruti nafsunya, maka ia pelayan dunia. (Ihya’ Ulumuddin, 1/102)