Hidayatullah.com | DI AKHIR ZAMAN di masa kita hidup ini, dikarenakan adanya internet dan khususnya media sosial, terjadi peningkatan kuantitas banjir informasi dan segala bentuk fitnah.
Sebagai ikhtiar supaya selamat dari segala fitnah, alangkah baiknya jika tiga nasehat berikut ini dijadikan bahan renungan dan pelajaran bagi mereka yang menyampaikan ilmu dan nasehat agama dalam berbagai format (teks, gambar, audio dan video) dan melalui berbagai media dan platform.
Nasehat pertama, dari Al-Imam Ibn al-Jauzy rahimahullah. Nasehat ini tentang tipuan iblis yang tak pandang bulu obyeknya. Mereka yang mendalam ilmu agamanya pun juga bisa terkena tipuan iblis ini.
Beliau berkata dalam kitabnya Talbis Iblis (jilid I, hlm. 117), yang artinya: “Boleh jadi iblis menipu mereka yang mendalam ilmunya dalam berbagai disiplin ilmu agama, sehingga mereka begadang di malam hari dan tekun di siang hari untuk menulis karya ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu agama. Iblis menampakkan kepada mereka bahwa tujuan dari menulis itu adalah untuk menyiarkan agama. Namun sejatinya tujuan mereka adalah demi popularitas, reputasi, kedudukan dan dikunjungi banyak orang.”
Nasehat kedua, disampaikan Al-Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullah. Nasehat ini sebagai peringatan agar mewaspadai popularitas.
Termaktub dalam kitab Hilyatul Auliya’ (jilid 7, hlm. 70) Al-Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata: “Al-Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullah menulis surat kepadaku (yang artinya)”: “Sebarluaskanlah ilmumu dan waspadalah terhadap popularitas!”
Nasehat terakhir, disampaikan ibunda Sufyan ats-Tsaury. Dalam Tarikh Jurjan karya Hamzah ibn Yusuf as-Sahmy (hlm. 449-450) termaktub nasehat ini.
Nasehat ini berisi anjuran melakukan instropeksi diri apakah setelah menulis ilmu agama ada peningkatan kualitas sifat-sifat mulia.
Waqi’ ibn al-Jarrah berkata, “Ibunda Sufyan ats-Tsaury berkata kepada Sufyan (yang artinya).”: “Wahai anakku, tuntutlah ilmu dan aku akan mencukupi kebutuhanmu dengan bekerja menenun kain. Wahai anakku, jika kamu telah menulis sepuluh hadits, maka periksalah dirimu apakah bertambah sifat zuhud, hilm dan waqormu? (santun, red), Jika tidak, ketahuilah bahwa hal itu mendatangkan kemudharatan bagimu dan tidak memberi manfaat bagimu.” Wallahu a’lam.*/Abdullah al-Mustofa, pelayan di Pusat Kajian Strategis Pendidikan Islam Indonesia (PKSPII) Kampung Inggris Kediri Jawa Timur