BERBEDA-beda tapi tetap satu jua. Kalimat ini biasa dimaknai dari semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Indonesia memang terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan ras.
Jika dibawa ke ranah persatuan umat Islam, perbedaan sering dimaknai sebagai suatu rahmat. Coba kita tengok sejenak gambar jepretan fotografer hidayatullah.com ini.
Tampak Kepala Suku Asmat Besar dari Kabupaten Asmat, Papua, Umar Abdullah Kayimter (berpeci), mengulum senyumnya. Kala itu ia sedang ber-cipika-cipiki dan bersalaman dengan seorang jamaah Masjid at-Taqwa.
Hal serupa dilakukannya terhadap ratusan pria lain yang bergantian menyalaminya. Saat itu, Kamis, 4 Rabiuts Tsani 1437 H (14/01/2016), usai shalat Zhuhur, baru saja digelar prosesi pengucapan dua kalimat syahadat oleh 4 remaja Asmat.
Masjid di kompleks kantor pusat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Jl Trunojoyo, Jakarta, itu pun diliputi keharuan penuh kebahagiaan. Apalagi saat masing-masing mualaf itu usai bersyahadat.
Begitu sesi salam-salaman, para jamaah tak kuasa untuk tidak meluapkan kebahagiaan mereka.
Saat ratusan pipi kanan-kiri dan telapak tangan saling bersentuhan, perbedaan ras dan warna kulit pun melebur, membentuk formasi indah dalam satu keyakinan tauhid.*
![[Foto: Syakur]](https://hidayatullah.com/engine/files/2016/01/2031-muslim-papua-bersalam-salaman-by-syakur.jpg)