Hidayatullah.com– Muktamar I Ikatan Ulama dan Duat Asia Tenggara (Rabithah Ulama wa Du’at Janub Syarqi Asia) menghasilkan sejumlah rekomendasi. Di antaranya “membidik” berbagai gerakan, aliran, dan sekte di luar ajaran Islam yang moderat (wasathiyah).
Berdasarkan rangkuman media ini sepanjang acara inti muktamar, Sabtu-Ahad (29-30/11/2014), Syiah dan Islamic State in Iraq and Syria/Levant (ISIS/ISIL) termasuk gerakan yang ikut dibahas.
Menurut Ketua Umum terpilih, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, lembaganya menyikapi secara tegas persoalan Syiah dan berbagai aliran sesat lainnya. Meskipun aliran-aliran tersebut dihadapi secara tidak langsung oleh rabithah yang dipimpinnya.
“Kita tegas, jelas, (rabithah) ini lembaga ahlus sunnah, yang akan terus menjaga aqidah umat, memproteksi umat. Dan akan meng-input upaya agar jangan (sampai) tampil pemikiran yang menyimpang dari pemikiran-pemikiran wasathiyah,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan hidayatullah.com usai penutupan acara di Hotel Santika, Depok, Jawa Barat.
Pada acara penutupan tersebut, segenap tokoh lembaga para ulama dan dai se-ASEAN dan Timor Leste itu membacakan rekomendasi berjudul “Bayan dan Taushiyah Muktamar I”.
Pada Bayan poin ketiga berbunyi, “Bahwa di tengah upaya para ulama dan kaum Muslim ASEAN meningkatkan peran serta tanggung jawab mereka dalam membangun pemahaman, pengamalan, dan dakwah Islam yang moderat berdasar manhaj generasi awal Islam yang shaleh, selalu ada gerakan dan dakwah pemikiran yang destruktif.”
“Seperti liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme agama, maupun gerakan sekte-sekte yang menyimpang dari manhaj yang lurus, sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik bahkan perpecahan internal umat maupun perpecahan ekternal dengan umat lain,” demikian kelanjutan Bayan yang dibacakan Sekjen Dr Jeje Zainuddin didampingi Zaitun dan tokoh-tokoh lainnya itu.
Dalam poin ke-7, berisi Taushiyah yang cuplikannya berbunyi, “Menyerukan kepada para ulama, khususnya yang bergabung dalam Ikatan Ulama dan Duat Asia Tenggara, agar senantiasa berpegang teguh kepada manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagaimana yang telah ditempuh oleh generasi pendahulu yang saleh.”
‘Bidik’ ISIS/ISIL
Sikap rabithah ini mengenai Syiah dan ISIS/ISIL sudah dipertegas sebelumnya dalam jumpa pers, Sabtu (29/11/2014). Inisiator asal Malaysia Dato’ Dr Juanda Jaya, misalnya, menegaskan bahwa rabithah ini tidak setuju dengan gerakan ISIS/ISIL yang dinilai ekstrem.
“Mengenai ISIL (atau ISIS), kami tidak membenarkan umat Islam untuk terlibat dengan mereka,” tegas Mufti Perlis ini saat ditanya wartawan.
Sementara Hidayat Nur Wahid, yang disebut-sebut sebagai tokoh politik pendukung rabithah ini, menegaskan sikap lembaga itu terhadap Syiah.
“Jelas sekali bahwa kita berkumpul untuk menjaga aqidah umat. Ini tugas sentral para ulama. Hanya saja dengan cara-cara yang santun. Di sini kita berbicara dalam skop Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Karena itu kita tidak akan keluar dari sana,” ujar Wakil Ketua MPR RI ini.
“Pihak-pihak yang di luar Ahlus Sunnah Wal Jamaah akan menjadi pembahasan. Tapi kita tidak secara khusus ke organisasi tertentu. Pengaruh-pengaruh Syiah tentu akan menjadi perhatian dari rabithah ini. Termasuk dalam hal mereka (Syiah) mencaci-maki agama,” lanjutnya.
Terdapat 9 poin dalam “Bayan dan Taushiyah Muktamar I” yang ditulis pada dua lembar kertas HVS tersebut. 5 poin pertama berisi penjelasan, 4 poin selanjutnya berisi berbagai rekomendasi.
Di antara rekomendasi lainnya, rabithah ini mendukung upaya para pemimpin ASEAN dalam penegakan hak-hak asasi manusia pada kasus Rohingya, Myanmar.*