Hidayatullah.com- Waktu masih menunjukkan pukul 16.40 waktu Madinah, baru selesai sholat Asar tepatnya, tapi kesibukan persiapan buka puasa sudah terlihat di penjuru Masjid Nabawi.
Pemandangan paling mencolok adalah berlombanya ratusan “panitia sukarela” mem-booking tempat berbuka di dalam masjid.
Tanda booking mereka adalah digelarnya Sufroh (plastik) panjang yang membentang 10-15 meter setiap panitia.
Ratusan gerobak hilir mudik membawa menu berbuka yang rata-rata terdiri dari Ruthob (kurma muda), roti dan yoghurt. Qohwah (kopi) Arab, teh merah dan hijau menjadi minuman berbuka dari panitia sukarela, air Zam-zam sudah tersedia di dalam masjid, tinggal dibagikan kepada jamaah yang akan berbuka.
Pukul 17.30 nampak persiapan berbuka sudah siap 70% hampir di seluruh sufroh. Panitia dadakan dari Muhsinin (orang-orang yang berderma) masih saja berdatangan, membentangkan sufroh-sufroh mereka di tempat yang masih bisa dibentangkan. Sesekali terlihat debat kecil diantara Muhsinin mengenai tempat yang mereka inginkan.
Hidayatullah.com mencoba untuk memantau persiapan buka puasa di halaman luar masjid, di luar pintu utama King Fahd nomer 21 tepatnya. Kondisi yang tidak jauh berbeda dengan di dalam masjid, para penyedia buka puasa sudah memboking tempat di bawah payung-payung raksasa Masjid Nabawi.
Sedikit berbeda dengan di dalam masjid, sufroh-sufroh di luar masjid lebih banyak menyediakan menu pilihan. Buah-buahan segar seperti jeruk, semangka dan pisang dijejer rapi sepanjang sufroh. Tidak hanya buah, di sebagai sufroh menyediakan nasi kebuli beraroma daging kambing dan ayam panggang, sebuah menu yang memang tidak diperbolehkan untuk dibawa masuk ke dalam masjid.

Pukul 18.00 persiapan berbuka sudah rampung 90%, padahal waktu maghrib masih satu jam lagi. Para panitia mulai mengundang dan menarik hati ratusan ribu pengunjung Masjid Nabi -Shallallahu Alaihi Wasallam- untuk berbuka di sufroh mereka.
“Tafaddol Ma’anaa, Akhil Karim,” Mari berbuka bersama kami, kata juru undang salah satu sufroh kepada hidayatullah.com yang saat itu akan kembali ke dalam masjid. Undangan senada semakin banyak terdengar di setiap penjuru.
Suasana di dalam masjid sudah semakin penuh, hanya jalur bergaris tali merah yang bisa dipakai berjalan menuju bagian tengah masjid. Para juru undang setiap sufroh semakin aktif merebut hati para jamaah untuk berbuka puasa di sufroh mereka. Lebih dari 10 kali hidayatullah.com diundang, sampai tidak enak menolak undangan tersebut.
“Billah, Ta’al ma’ana habiby,” Demi Allah saya mengundang, mari berbuka bersama kami, pinta salah seorang juru undang.
Hidayatullah.com sengaja menolak halus tawaran tersebut karena sudah memiliki janji dengan beberapa rekan mahasiswa Indonesia di Universitas Islam Madinah (UIM) untuk berbuka bersama di sufroh belakang kursi pengajian Syeikh Abdul Muhsin al-‘Abbad, seorang guru besar ilmu Hadits di Masjid Nabawi.
Tepat pukul 19.14 waktu Madinah adzan Maghrib dikumandangkan, waktu berbuka telah tiba, hilanglah lapar dahaga selama 15 jam berpuasa di musim panas.*/Muhammad Dinul Haq, koresponden hidayatullah.com di Tanah Suci