Hidayatullah.com–Hari Raya Idul Fitri 1434 H telah berlalu. Di bulan Syawal ini, spirit Ramadhan sebaiknya tetap terjaga bagi umat Islam. Salah satunya dengan mengejawantahkan filosofi ketupat, yaitu 4L.
“Ketupat berasal dari bahasa Jawa, ‘Kupat’, singkatan dari ‘Laku Papat’ yang artinya ‘empat perilaku’. Empat perilaku tersebut adalah Labur, Luber, Lebur, dan Lebar (4L),” ujar Ustadz Anwari Hambali, pakar kajian al-Qur’an kelahiran Pulau Jawa, saat berceramah di Masjid ar-Riyadh Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (12/8/2013).
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Anwari menjabarkan tafsir Surat Ali Imran ayat 102-103. Ayat-ayat tersebut menjelaskan perintah taqwa dan kewajiban berpegang teguh pada ajaran Islam. Taqwa sendiri sebagai hasil pembakaran di bulan Ramadhan. Hal ini, menurut Anwari, terkandung dalam filosofi ketupat.
Kata Labur dalam filosofi itu, berarti mengecat dengan cat warna putih. Maknanya, semua perilaku harus dalam rangka memutihkan jiwa, menyucikan jiwa.
Muslim yang bersifat “Labur”, lanjutnya, akan menjadi Luber, yang artinya dermawan. Muslim berjiwa suci akan selalu merasa lebih dan berbagi pada sesama.
“Orang yang habis melewati Ramadhan biasanya akan dermawan,” imbuhnya, usai Shalat Shubuh bersama warga dan santri Pondok Pesantren Hidayatullah .
Anwari menjelaskan, kata “Lebur” bermakna menyatu. Dalam hal ini, isi ketupat yang padat sebagai simbol persatuan dan kekompakan, impelementasi dari ukhuwah Islamiyah.
Sementara “Lebar”, jelasnya, berarti lapang. Kelapangan hati yang menghasilkan keharmonisan. Dipakai untuk istilah “Lebaran”.
“Ini filosofi model orang di Tanah Jawa,” imbuhnya.
Dari ayat di atas Anwari juga berpesan, jangan sampai umat Islam memupuk rasa permusuhan. Walaupun berbeda organisasi, berbeda kelompok, berbeda partai dan suku, kalau syahadatnya sama tidak boleh saling memusuhi, apalagi saling mencela.*