Hidayatullah.com—Selama Ramadhan, setiap pagi mulai Ahad-Rabu (29 Juni-2 Juli 2014), peserta Pesantren Kilat (Sanlat) Anak Ramadhan 1435 H, AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, diajak mentadabburi Al-Quran.
Yang cukup menarik, acara tadaabur Al-Quran dilaksanakan dengan media audio visual.
Seperti terpantau hidayatullah.com pada Rabu (01/07/2014), sekitar 40 anak menikmati layar besar yang berada di aula utama AQL.
Anak-anak dengan usia berkisar 5-16 tahun itu membaca satu persatu ayat secara bersama-sama. Setelah itu, Ustadz pembimbing akan menjelaskan tafsir ayat per ayat.
Selain penjelasan seorang ustadz, peserta Sanlat bertadabbur dengan menonton rekaman video acara Trans 7, Khazanah, tentang anjuran membaca Surat An-Nas sebagai surat perlindungan. Surat An-Nas dianjurkan dibaca setiap pagi dan petang.
Anak-anak diberi pemahaman bagaimana manusia membentengi diri dari bisikan jin dan setan dengan membaca surat tersebut. Bisikan jin dan setan tersebut begitu lembut masuk dalam jiwa dan pikiran manusia.
“Shalat tidak tepat waktu, malas shalat bahkan sampai meninggalkan shalat termasuk bisikan setan dan jin,”kata pembawa acara Khazanah.
Video itu menampilkan sejarah awal turunnya Surat An-Nas yaitu saat Rasulullah terkena sihir yang dilancarkan oleh orang Yahudi. Khazanah berusaha objektif dengan menampilkan perbedaan pendapat diantara ulama disertai rujukan periwayatannya.
“Rasulullah adalah manusia yang dijaga oleh Allah. Tidak mungkin beliau terkena sihir manusia,” ucap pembawa acara yang memberikan beberapa rujukan yang mengatakan periwayatan kisah tersebut lemah.
Ibnu Katsir disebut sebagai salah seorang ulama yang menyatakan kisah itu tidak kuat periwayatannya.
Selain menonton Khazanah, mata-mata mereka diperlihatkan kondisi bumi ketika kiamat tiba. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Insyiqaq, film animasi tersebut menggambarkan langit terbelah, bumi memuntahkan isinya, gedung-gedung pencakar langit bertumbangan. Bahkan obor yang diacungkan oleh patung Liberty di Amerika Serikat-pun, terbenam oleh gelombang laut yang merangsek masuk ke daratan.
Penggunaan media audio visual diharapkan memudahkan anak-anak dalam mencerna ayat-ayat ilahiah yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia.
“Konsep ini sebetulnya bagaimana supaya selepas pulang dari sini, ketauhidan anak-anak meningkat. Harapannya, mereka mengidolakan Allah dan Rasulnya, bukan selainnya,” kata Muhammad Yasin, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) AQL Islamic Center.*