Hidayatullah.com – Penyerbuan selama 51 hari oleh tentara Zionis-Israel pada 2014 lalu masih menyisakan banyak cerita. Seperti yang dituturkan langsung oleh Syeikh Mudhofar Salman Annawati, pelaku dan saksi serangan Israel.
Pria yang Ramadhan tahun ini bisa diberi kemudahan datang ke Kota Surabaya ini menceritakan beberapa fakta dan kondisi sebenarnya Perang Asful Ma’kul (Dedaunan Dimakan Ulat)
Syeikh Mudhofar menceritakan bahwa ada satu desa di Gaza yang hingga saat ini adalah yang paling banyak melahirkan para mujahidin.
“Namanya Desa Sujaiyah, di sanalah banyak melahirkan mujahid-mujahid tangguh yang terus berjuang untuk melawan tentara Israel, termasuk pada peperangan 51 hari tahun lalu,” jelas Syeikh Mudhofar yang juga seorang hafidz dan memiliki sanad dari Hafidz An-A’sim.
Pria yang juga seorang Imam Masjid Abbas di Jalur Gaza ini menceritakan beberapa fakta itu pada Kegiatan Pesantren Ramadhan SMP-SMA Full Day Luqman al-Hakim Surabaya Kamis (02/07/2015) kemarin.
Ia juga menceritakan keadaan Desa Sujaiyah yang hancur dan menyisakan gelimpangan mayat di sepanjang jalan saat penyerbuan membabi-buta oleh tentara Zionis-Israel.
“Mereka (zionis-Israel, red) tahu kalau di desa itu banyak melahirkan mujahidin dan hafidz qur’an, sehingga mereka melakukan serangan besar-besaran ke wilayah tersebut. Termasuk dengan menggunakan rudal dan bom dari kapal perang sejauh 5 kilometer,” tuturnya.
Begitu beratnya kerusakan desa tersebut, membuat banyak orang tak sempat melakukan evakuasi.

“Orang-orang mati tertimbun puing bangunan, mayat-mayat bergelimpangan di sepanjang jalan. Tidak ada yang sempat mengevakuasi, karena masing-masing bergegas menyelamatkan diri. Bahkan mobil ambulan yang datang untuk mengevakuasi korban pun tak luput dari sasaran Zionis, membuat seluruh awak medis di dalamnya mati seketika,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah imam Palestina datang dalam program Silraturahim Ramadhan Bersama Imam-imam Palestina (SiramanManis) yang diselenggarakan oleh Sahabat Al Aqsha (SA).
Para imam tersebut disebar ke beberapa kota di Indonesia selama Ramadhan seperti wilayah Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Jawa Tengah, Surabaya, Madura, Malang, Balikpapan, Makassar, dan Batam.*/Yahya G. Nasrullah