Kata “Ziarah Haji” dibenarkan, tidak menyalahi bahasa Arab dan juga tidak menyalahi bahasa Indonesia
Hidayatullah.com | BEBERAPA hari yang lalu, ada ibu-ibu jamaah protes pada salah satu ustadzah, tentang penggunaan kata “Ziarah Haji”. Kata beberapa ibu-ibu itu, bahwa penggunaan kata ziarah itu hanya untuk kuburan.
“Masak sambang pak kaji, dibilang ziarah. Ngawur, ziarah itu ke kuburan!, Ziarah wali, ziarah kubur, bukan ziarah haji!”.
Seorang ustadzah telpon saya, bertanya tentang, “Benarkan kata ziarah itu hanya digunakan untuk ziarah ke kuburan?”.
Pertama, harus dipahami dulu arti kata ziarah. Kedua, penggunaan kata ziarah dalam kalimat yang biasa digunakan orang Arab. Dan ketiga penggunaan kata serapan (yang lazim) dalam bahasa tersebut.
Dalam bahasa Arab, kata “ziarah” berasal dari kata zara-yazuru yang bermakna seseorang yang mendatangi suatu tempat, atau mengunjungi seseorang. Dan kata ziarah memiliki banyak arti, tergantung pada kalimat setelahnya.
زار: فلانًا أتاه بقصد الالتقاء به، قصده لأنس أو حاجة
Ziarah: “Fulan mendatangi seseorang untuk menemuinya, dengan maksud tertentu”. Dalam penggunaannya dapat digunakan secara umum, seperti ziarah kubur (زيارة القبر), ziarah tempat-tempat suci (زيارة الاماكن المقدسة), dosen tamu (استاذ زائز), ziarah pada orang sakit (زيارة المرض في المستشفى) dan lainnya.
Dalam bahasa Arab, kata mengunjungi banyak padanannya, ada yang menggunakan iyadah maridh (sambang orang sakit), dzihab, maji’, khudur, ityan, ta’ziyah (ziarah orang meninggal) dan lainnya.
Dan dalam menyambut orang haji dalam bahasa Arab menggunakan kata “istiqbal” seperti dalam bab hukum menyambut orang haji.
في مسألة استقبال الحاج بفرحة ووليمة العودة من الحج، قال ابن عباس رضي الله عنهما:” لو يعلم المقيمون ما للحجاج عليهم من الحق لأتوهم حين يقدمون حتى يقبلوا رواحلهم لأنهم وفد الله في جميع الناس”.
Dan juga menggunakan kata talaqqi (menjumpai, menemui)
وقال ابن المنير: من الفقه جواز تلقي القادمين من الحج، لأنه عليه الصلاة والسلام لم ينكر ذلك بل سرته لحمله لهما بين يديه وخلفه.
Kata “Ziarah Haji” dibenarkan, tidak menyalahi bahasa Arab dan juga tidak menyalahi bahasa Indonesia. Hanya saja, dalam KBBI (mungkin perlu direvisi) makna ziarah, kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan sebagainya); kalau hanya dibatasi pda makan dan tempat keramat, maka ada penyempitan makna.
Ber·zi·a·rah v berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (seperti makam) untuk berkirim doa;
Karena asal dari kata ini bermakna mengunjungi. Dan kata ziarah digunakan dalam banyak hal, seperti ziarah saudara, ziarah kubur, ziarah wali, ziarah madinah dan lainnya.
ومن مكارم الأخلاق القيام للترحيب بالقادمين من بيت الله الحرم وتكريمهم بالزيارة والفرحة وتهنيئتهم بأداء مناسك الحج.
Di antara etika seseorang muslim yang baik adalah menyambut gembira orang yang baru datang dari ibadah Haji, dengan memuliakan mereka, mengunjungi (ziarah), bergembira, dan mengucapkan selamat atas ibadah yang telah ditunaikan. Wallahu’alab Bishawab.*/Dr Halimi Zuhdy