TOLERANSI, keragaman, keberagaman, kebersamaan, menjadi isu yang terus bergulir dan digulirkan mengiringi perjalanan kebinekaan di negeri ini.
Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua, memang seharusnya bukan sebatas semboyan.
Setidaknya hal itu yang dirasakan terus dibangun oleh berbagai komponen bangsa saat ini.
Sebagai salah satu bingkai contoh, bisa dilihat dari silaturahim yang dijalin para tokoh berbagai lintas agama, suku, ras, dan etnis pada sebuah acara ormas keagamaan di Stadion Muara Kamal, Jakarta Utara, Sabtu, 19 Agustus 2017 lalu.
Para tokoh dengan seragam kebesarannya masing-masing itu berpijak bersama di atas satu panggung, untuk satu tekad membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berbeda memang identitas di antara kebanyakan mereka, tapi itu tampaknya bukan penghalang untuk menyuarakan pentingnya menjaga toleransi dalam keberagaman.
Berbeda Tapi Bersama
Permisalan lain tergambar pada momentum berbeda. Sejumlah pemuda bangsa ini terlihat begitu akrab menjalin ukhuwah.
Berbeda suku dan ras, tapi tetap nikmat menyambung rasa dalam satu piring hidangan makan siang, di sebuah lokasi pendidikan anak-anak bangsa asal kawasan timur Indonesia, Papua.
Hemmm… Melihat situasi Tanah Air belakangan ini, mungkin perlu rasanya disegar-segarkan kembali semangat kebersamaan, kesetiakawanan, dalam keragaman dan keberagamaan.*