Hidayatullah.com– Pada Senin, tanggal 29 Oktober 2018, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan oleh PT. Lion Mentari Airlines (Lion Air) sebagai penerbangan JT-610 dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta, menuju Bandar Udara Depati Amir, Pangkal Pinang, mengalami kecelakaan.
Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam siaran persnya per tanggal 29 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB, di dalam pesawat itu terdapat 188 orang. Terdiri dari dua pilot, lima awak kabin, dan 181 penumpang.
Sebelumnya diberitakan bahwa pada penerbangan itu, pesawat tersebut mengangkut sebanyak 189 orang, baik penumpang maupun awak pesawat. “188 (orang),” Kabag Pelayanan investigasi dan kerjasama KNKT Irdriantono menegaskan saat dikonfirmasi hidayatullah.com.
Baca: Lion Air Jatuh Angkut 189 Orang, termasuk 20 Pegawai Kemenkeu
KNKT menjelaskan kronologi terkait kecelakaan tersebut.
Pesawat take off dari Bandara Soetta sesuai informasi dari Jakarta Air Traffic Controller (Jakarta Control).
Pukul 06.20 WIB, pesawat berangkat dari Jakarta dan diperkirakan tiba di Pangkal Pinang pada pukul 07.20 WIB.
Pada pukul 06.22 WIB, pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang di ketinggian 1.700 ft dan meminta naik ke ketinggian 5.000 ft. Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 ft.
Pada jam 06.32 WIB, Jakarta Control kehilangan kontak dengan pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu.
Pada sekitar pukul 08.00 WIB, KNKT menerima informasi dari pihak Lion Air mengenai kejadian dimaksud.
Baca: Basarnas: Lion Air JT610 Tak Pancarkan Sinyal Distress Saat Jatuh
KNKT membentuk command center di kantor KNKT, untuk berkoordinasi dengan pihak Lion Air, BASARNAS, AirNav Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, BPPT, PELINDO II, BMKG, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priuk dan pihak lain.
“Jam 08.30 WIB, Ketua KNKT dan investigator KNKT bergabung dengan Kepala BASARNAS di Posko BASARNAS, Kemayoran, Jakarta,” ujarnya.
Pukul 09.40 WIB, tim investigator KNKT menuju ke Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara untuk berkoordinasi dengan BPPT guna pemakaian Kapal Baruna Jaya IV dalam pencarian lokasi jatuh pesawat dimaksud, dimana Kapal Baruna Jaya IV memiliki peralatan Multi Beam Sonar.
Pukul 10.00 WIB, Ketua KNKT bersama Kepala BASARNAS melakukan konferensi pres mengenai kepastian informasi pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Pukul 10.30 WIB, tim investigator KNKT menuju ke Bandar Udara Soekarno Hatta untuk mengumpulkan data penerbangan di AirNav Indonesia dan Lion Air.
Pukul 10.56 WIB, KNKT melakukan koordinasi dengan pihak BMKG terkait kondisi cuaca.
“Jam 13.30 WIB, KNKT mengirimkan occurrence notification kepada pihak ICAO (International Civil of Aviation Organization), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Amerika Serikat NTSB (National Transportation Safety Board), dan India AAIB (Aircraft Accident Investigation Bureau),” sebutnya.
Pukul 14.00 WIB, tim investigator KNKT menuju ke Pelabuhan Tanjung Priuk untuk berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut guna pemakaian KN. Enggano, dengan membawa pinger locator milik KNKT untuk mencari lokasi jatuh pesawat dimaksud.
“Dalam investigasi ini KNKT menerima tawaran kerjasama dan bantuan dari pihak Singapura TSIB (Transport Safety Investigation Bureau) dan Malaysia AAIB (Air Accident Investigation Bureau),” pungkasnya.* Andi