Oleh: Muhaimin Iqbal
DALAM salah satu masa kejayaan Islam di jaman Bani Abbasiyah (132 H – 656 H), kota Bagdad selain menjadi pusat pemerintahan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia saat itu. Aplikasi ilmu yang tinggi pada kehidupan sehari-hari menjadi kebiasaan di masyarakat, hal ini terjadi karena para ulamanya pandai mengajarkan ayat – ayat Al-Qur’an untuk menjadi solusi dalam segala macam problem kehidupan. Yang ingin saya ceritakan disini adalah apa yang disebut “Tes Rangkap Tiga”.
Ketika ada seorang penduduk yang terburu-buru menyebarkan suatu berita, seorang Syeih yang dihormati di kota itu segera menegurnya. Dia sampaikan ke si pembawa berita. “Wahai pembawa berita, berhenti engkau. Engkau hanya boleh meneruskan ceritamu itu bila engkau yakin bisa lulus Tes Rangkap Tiga.”
Si pembawa berita penasaran; “Tes Rangkap Tiga? Apa itu ya Syeih?”.
Syeh menjawab; “Apakah berita yang engkau sebarkan ini benar adanya?”. Si pembawa berita menjawab: “ Aku tidak yakin karena aku juga hanya mendengarnya dari si fulan.”
Syeih melanjutkan; “Apakah berita yang engkau sebarkan mengandung kebaikan?”. Si pembawa berita menjawab: “Aku nggak yakin ya Syeih, apakah ini baik atau buruk….”
Syeih melanjutkan lagi: “Apakah berita yang engkau sebarkan ada membawa manfaat bagi yang mendengarnya?.” Pembawa berita menjawab lagi, “Maaf ya Syeih, aku juga tidak yakin….”
Syeih yang alim tersebut kemudian menasihati. “Bila engkau tidak yakin bahwa berita yang engkau sampaikan adalah benar, tidak mengandung kebaikan dan tidak yakin pula apakah membawa manfaat bagi yang menerimanya atau tidak – lantas mengapa engkau tetap beritakan?”
Syeih tersebut kemudian mengutip ayat Al- Hujarat ayat 11-12, yang menjadi dasar dari nasihatnya tersebut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS 49 : 11-12).
Bayangkan apabila “Tes Rangkap Tiga” tersebut juga digunakan oleh insan media kita di jaman ini, maka masyarakat akan adem-ayem dan tidak dipusingkan oleh simpang siurnya berita tentang apa saja yang terjadi di masyarakat.
Kejahatan tidak mudah meluas karena penularan modus operandi-nya melalui media. Hakim akan lebih mudah berbuat adil karena keputusannya tidak bias oleh pemberitaan di media. Para pemimpin dan politikus tidak perlu berbohong, karena dia diberi amanah atas dasar kompetensi-nya bukan karena citra yang dibangunnya.
Masyarakat akan produktif karena mereka akan terkondisikan untuk berbuat dan berbicara secara benar, mengandung kebaikan dan membawa manfaat. Lantas darimana memulainya? Ya dari apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan. Insyaallah!
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar dan kolumnis hidayatullah.com