Hidayatullah.com — Salman Rushdie, penulis novel provokasi Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verses) mendapat kehormatan untuk masuk Daftar Penghargaan Ulang Tahun Ratu Inggris.
Setelah menerima gelar ksatria pada tahun 2008, Rushdie baru saja menerima Order of the Companions of Honor atas jasanya di bidang sastra.
Salman Rushdie yang kini berusia 74 tahun mengatakan kepada kantor berita PA: “Dengan sangat terkejut dan gembira saya mengetahui kehormatan luar biasa ini. Merupakan hak istimewa untuk dimasukkan ke dalam perkumpulan termasyhur seperti itu, baik dulu maupun sekarang.”
Setelah diterbitkan pada tahun 1988, novel Satanic Verses memicu kemarahan banyak Muslim. Hal tersebut karena salah satu karakter, bernama “Mahound”, memiliki kemiripan dengan kisah Nabi Muhammad SAW.
Nama Mahound sendiri sering digunakan dalam drama Kristen abad pertengahan untuk menggambarkan tokoh setan. Banyak Muslim menyimpulkan Rushdie, dalam novelnya, nampak menyiratkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi palsu.
Dalam buku tersebut, Rushdie juga menamai dua belas pelacur di rumah bordil dengan nama-nama istri Nabi. Dan dia menggunakan tradisi yang didiskreditkan dan palsu – yang disebut ayat-ayat setan – di mana Setan mengilhami Muhammad SAW untuk berkompromi dengan orang-orang Mekah dan membiarkan mereka terus menyembah dewa-dewa lain dalam upaya untuk memikat mereka masuk Islam.
Pakistan melarang buku Satanic Verses pada November 1988. Pada Februari 1989, 10.000 demonstran di Islamabad, Pakistan mengecam keras Rushdie dan bukunya. Enam demonstran tewas dalam serangan terhadap Pusat Kebudayaan Amerika, dan kantor American Express digeledah.
Saat kontroversi semakin menyebar, impor buku itu dilarang di India. Sementara di Inggris, para demonstran menggelar aksi dengan membakar buku tersebut.
Pada pertengahan Februari 1989, Ayatollah Ruhollah Khomeini, Pemimpin Tertinggi Syiah Iran saat itu, mengeluarkan fatwa yang menyerukan kematian Rushdie dan penerbitnya.
Sebagai tanggapan, pemerintah Konservatif Inggris di bawah Margaret Thatcher memberikan perlindungan polisi 24 jam kepada Rushdie. Dengan perlindungan polisi, Rushdie lolos dari bahaya fisik langsung, tetapi orang lain yang terkait dengan bukunya tidak seberuntung itu.
Hitoshi Igarashi, penerjemah bahasa Jepang buku itu, ditemukan oleh seorang wanita pembersih, ditikam sampai mati pada Juli 1991 di kampus tempat dia mengajar di dekat Tokyo.
Sepuluh hari sebelum pembunuhan Igarashi, penerjemah bahasa Italia buku yang sama, Ettore Capriolo terluka parah oleh penyerang di rumahnya di Milan dengan ditikam beberapa kali.
William Nygaard, penerbit Norwegia Ayat-Ayat Setan, terluka parah karena ditembak tiga kali di punggung oleh seorang penyerang pada 11 Oktober 1993 di Oslo. Nygaard selamat tetapi menghabiskan berbulan-bulan di rumah sakit untuk pemulihan.
Penerjemah Ayat-Ayat Setan bahasa Turki, Aziz Nesin, menjadi target gerombolan pelaku pembakaran yang membakar Hotel Madimak setelah shalat Jumat pada 2 Juli 1993 di Sivas, Turki, menewaskan 37 orang. Nesin lolos dari maut ketika massa gagal mengenalinya di awal serangan.
Akhirnya, pada tahun 2006, pemerintah Iran menarik seruannya untuk hukuman mati Salman Rushdie dan ia secara bertahap kembali ke kehidupan publik.
Daftar Penghargaan Ulang Tahun Ratu lengkap dapat ditemukan di gov.uk.*