TERDAPAT hasil penelitian baru yang berkaitan dengan minyak kanola dan konsumsi gandum. Penelitian dari St. Michael’s Hospital menunjukkan, minyak kanola merupakan salah satu minyak yang bermanfaat bagi orang-orang dengan mengidap diabetes tipe 2.
Dr David Jenkins, Kepala di Hospital’s Clinical Nutrition and Risk Factor Modification Centre, juga membandingkan orang-orang penderita diabetes tipe 2 yang melaksanakan diet indeks glikemik rendah (makanan dengan karbohidrat rendah), seperti memakan roti yang dibuat dengan minyak kanola, dengan orang yang melakukan diet gandum untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Dalam penelitiannya yang diterbitkan Sabtu (14/6/2014) di jurnal Diabetes Care, diketahui, mereka yang melakukan diet roti kanola dapat mengurangi sekaligus kadar glukosa darah dan penurunan signifikan dalam LDL (kolesterol buruk).
Bahkan yang lebih menarik, katanya, dari penelitiannya itu diketahui diet roti kanola memiliki dampak paling signifikan pada orang-orang yang glukosa darahnya (melalui tes HbA1c) dalam kondisi tinggi selama dua atau tiga bulan.
Dr Jenkins, seorang profesor ilmu gizi dan kedokteran di University of Toronto, mengatakan, pengamatan penurunan kolesterol LDL terhadap 141 orang, terjadi pengurangan 7 persen dalam kasus kardiovaskular. Dia mengatakan, manfaat ini setara dengan dosis 20mg pada obat mengurangi kolesterol yang dikenal sebagai statin (dosis itu dua kali lipat dari dosis standar).
Minyak kanola hanya mengandung 7 persen minyak jenuh, kurang dari setengah minyak zaitun. Secara luas mulai diperhatikan bermanfaat untuk kesehatan.
Dr Jenkins mengatakan, sebagaimana juga dimuat dalam laman Science Daily, Sabtu (14/6/2014), temuan lain yang menarik dari studi ini pasien pada diet gandum tampaknya memiliki aliran darah yang lebih baik setelah 12 minggu dibanding diet roti kanola.
Dia mengatakan, temuan itu belum sepenuhnya jelas, tetapi hasil positif ini mungkin merupakan indikasi mengapa makanan gandum secara konsisten terbukti mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Dr Jenkins dan rekan-rekannya mengembangkan konsep indeks glikemik pada awal tahun 1980 untuk menjelaskan bagaimana masing-masing karbohidrat memiliki pengaruh berbeda pada glukosa darah, sekaligus untuk mengetahui makanan terbaik bagi penderita diabetes.
Makanan dengan GI (glycemic index) tinggi –seperti roti putih, sarapan sereal, kentang, dan nasi– menghasilkan kenaikan besar dalam glukosa darah dan insulin, yang dapat merusak mata, ginjal, dan jantung. Karbohidrat dalam makanan GI rendah –termasuk pasta, kacang-kacangan, lentil, berry, apel, dan biji-bijian tertentu seperti gandum– dapat dicerna lebih lambat, hanya menyebabkan sedikit dalam kenaikan glukosa darah dan insulin, sehingga kerusakan jaringan mata, ginjal, dan lain-lain, minimal.
Penelitian lain telah mengaitkan diet GI rendah dengan penurunan diabetes dan penyakit kardiovaskular, terdapat minyak zaitun dan kanola. Tetapi Dr Jenkins mengatakan, kombinasi dari diet GI rendah ditambah dengan minyak kanola belum diuji pada orang dengan diabetes tipe 2.*