Hidayatullah.com – Lembaga Islam tertinggi Rusia mengeluarkan keputusan yang membolehkan poligami dalam kondisi tertentu, menurut kantor berita pemerintah RIA Novosti.
Keputusan itu diumumkan wakil ketua Dewan Ulama Administrasi Spiritual Muslim Rusia (SAM), Mufti Ilda Alyautdinov yang turut menjelaskan syarat-syarat untuk poligami bagi seorang suami yang ingin memiliki lebih dari satu istri.
“Sebuah keputusan telah dibuat tentang kemungkinan seorang pria secara bersamaan memasuki pernikahan agama kedua, ketiga, atau bahkan keempat,” jelas Alyautdinov.
“Hal ini diperbolehkan jika pasangan tidak dapat melahirkan anak karena kesehatannya, karena usia reproduksinya yang sudah berakhir atau alasan obyektif lainnya, seperti ketidakcocokan seksual pasangan. Fakta seperti keengganan pasangan untuk melahirkan anak juga diperhitungkan,” imbuh sang mufti.
Syaratnya, mufti Alyautdinov melanjutkan, seorang suami harus “memberikan dukungan materi yang setara kepada semua istri, menyediakan tempat tinggal terpisah untuk masing-masing istri” dan “meluangkan waktu yang sama dengan semua istrinya.”
Kegagalan untuk memenuhi syarat-syarat ini akan mendiskualifikasi seorang suami dari haknya untuk berpoligami.
Alyautdinov menegaskan bahwa “tidak dapat diterima” jika seorang suami tidak memberi tahu istrinya tentang wanita lain yang telah dinikahinya.
“Jika [istri kedua] tidak diberitahu [tentang pernikahan sebelumnya] dan tidak siap menerimanya, maka ia berhak untuk mengakhiri pernikahan,” jelas mufti Alyautdinov.
Hukum Rusia melarang poligami, sehingga perempuan yang menikah karena alasan agama tidak memiliki perlindungan hukum. Alyautdinov mengakui hal ini, dengan mengatakan, “Hak-hak seorang perempuan yang hanya menikah secara agama tidak dijamin secara hukum. Keputusan teologis kami akan membantunya mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertahankan hak-haknya.”
Keputusan ini bertepatan dengan upaya pemerintah untuk membalikkan tingkat kelahiran yang menurun, yang diperparah oleh perang di Ukraina. Upaya-upaya ini termasuk insentif keuangan untuk keluarga yang lebih besar dan kampanye anti-aborsi, yang sering kali didukung oleh Gereja Ortodoks Rusia yang berpengaruh.*