Hidayatullah.com–Pascapenangkapan Raed Salah, kota Yerusalem terus bergejolak. Bentrokan terjadi di beberapa tempat di kota itu.
Sudah dua pekan lamanya kota Yerusalem berubah menjadi seperti barak militer. Ratusan polisi dan tentara dari unit khusus disebar ke seluruh penjuru kota, memenuhi jalan-jalan utama dan gang-gang sempit.
Pos pemeriksaan tidak lagi dibuat statis. Kini ada pos penjagaan bergerak yang melakukan pemeriksaan atas setiap laki-laki dan perempuan Palestina yang ditemui, sementara helikopter berputar-putar di udara mengamati dan merekam gambar situasi di bawahnya.
Sekitar 200 orang pemuda Palestina yang ingin masuk ke dalam komplek Masjid Al-Aqsa dihalangi tentara, karena Israel menetapkan larangan masuk bagi pria Palestina berusia di bawah 55 tahun.
Aksi duduk pernah dilakukan oleh Syeikh Raed Salah dan rekan-rekannya. Zahi Nujidat, jurubicara Islamic Movement di dalam wilayah Jalur Hijau dan Direktur Jerusalem Center for Economic and Social Rights, Ziad Hamouri ikut berpartisipasi.
Ketika aksi demo itu berlangsung, tentara Israel menyerang sekelompok orang dengan menggunakan anjing, tongkat, dan popor senapan. Bom-bom gas dilemparkan ke dalam Masjid Al-Aqsa, menyebabkan beberapa orang terluka. Demikian cerita Syeikh Husam Abu Layla.
Syeikh Raed Salah menggambarkan tindakan Israel seperti orang “fanatik.” Ia ditangkap kemarin lusa (6/10) oleh Israel dan ditahan untuk penyelidikan. Penangkapan itu bukan yang pertama kalinya dialami Salah, akibat melakukan aktivitas damai tanpa kekerasan seputar isu Masjid Al-Aqsa. Sebuah pengadilan Israel memutuskan bahwa Salah dilarang masuk kota Yerusalem selama 30 hari.
Sementara itu pengadilan Israel membebaskan Hatim Abdul Qadir, pejabat Palestina yang bertanggung jawab untuk wilayah Yerusalem, dengan uang jaminan sebesar 20.000 shekel. Selain itu, Israel melarangnya untuk mendekati tembok-tembok pembatas Kota Tua sejauh 150 meter selama 2 pekan. [di/pn/hidayatullah.com]