Hidayatullah.com—Seorang tokoh feminis Muslim asal Kanada yang juga dikenal dengan pegiat lesbianism, Irshad Manji akan datang ke Jakarta dalam rangka diskusi dan bedah buku “Allah, Liberty and Love”.
Acara diskusi dan bedah buku ini diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bersama penerbit renebook pada hari Sabtu, 5 Mei 2012, pukul 18.00 – 21.00 WIB.
“Diskusi akan membahas peran media dalam memberitakan tentang isu agama di Indonesia, “ tulis siaran AJI dalam siaran pers nya.
Selain akan berdiskusi di Sekretariat AJI Jakarta, Jalan Kalibata Timur IVG No. 10, Kalibata, Jakarta Selatan, Irshad Manji juga akan berdiskusi bertema “Menggugat Normativitas Tubuh dan Seksualitas: Iman, Cinta dan Kebebasan” di Balai Soedjatmoko, Selasa 8 Mei, Jam 17.00-20.00 yang diselenggarakan Jurnal Perempuan.
Kehadiran Irshad Manji ini diselenggarakan dalam rangka tur kampanye “Iman, Kebebasan dan Cinta” di Indonesia.
Menambah ruwet
Sementara itu, menanggapi rencana acara ini, Rita Soebagio, peneliti Insitute for the
Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) bidang psikologi mengatakan, seharusnya persoalan bangsa Indonesia yang telah ruwet tidak perlu hadirnya orang atau tokoh-tokoh yang membawa keruwetan anak bangsa.
“Seharusnya dengan banyaknya persoalan pada bangsa Indonesia, orang-orang seperti Irshad Manji ini tidak perlu didatangkan, karena hanya akan menambah keruwetan bangsa, “ ujar Rita kepada hidayatullah.com, Selasa (01/05/2012) pagi.
Selain itu, Rita juga mengaku kecewa kepada pemerintah yang seharusnya punya daftar tokoh-tokoh cegah tangkal (cekal) atau yang dilarang masuk ke Indonesia untuk menyebarkan paham-paham merusak. Tapi nyatanya pemerintah sangat kurang peduli hal-hal seperti ini. Buktinya, menurut Rita, yang jelas-jelas tak ada manfaatnya seperti Lady Gaga saja dibiarkan.
“Seharusnya pemerintah itu punya list (daftar) orang-orang yang dilarang menyebarkan pemikiran merusak. Tapi apa daya, kita tidak bisa berharap pemerintah. Dan sebaiknya yang menjaga hal-hal seperti ini kita sendiri, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.”
Lebih jauh, Rita mengatakan, Manji tak perlu mengajarkan umat Islam Indonesia tentang cinta. Karena umat Islam Indonesia sudah lebih paham tentang itu.
Dilahirkan di Uganda pada 1968 dari pasangan Muslim yang keturunan Arab-Mesir dan India, Manji banyak mengalami masa kecil yang kelam atas ulah ayahnya. Dalam bukunya The Trouble with Islam Today, ia ceritakan pengalaman buruk masa kecilnya yang kemungkinan menjadikan ia memilih menjadi penganut lesbian.
Meski memiliki kelainan orientasi, pikiranya justru digandrungi penganut paham liberal di Indonesia. Ia bahkan dijuluki sebagai “a faithful muslim” (penganut Muslim yang beriman), meskipun perilakunya banyak dinilai jauh dari prinsip Islam.*
Foto: Irshad Manji yang dikenal penganut lesbian