Hidayatullah.com—Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan hari Ahad (30/9/2012) mendesak China, Iran dan Rusia untuk berhenti memberikan dukungan mereka atas rezim Suriah, dengan memperingatkan bahwa “sejarah tidak akan memaafkan” sikap mereka di hadapan pembantaian berdarah atas rakyat Suriah.
“Tolong pikirkan kembali sikap Anda sekarang ini. Sejarah tidak akan memaafkan mereka yang berpihak kepada rezim brutal ini,” kata Erdogan dalam pidatonya di kongres partai pemerintah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), lansir AFP.
Erdogan yang pernah memiliki hubungan baik dengan Presiden Bashar Al Assad, menjadi pengkritik paling keras sejak rezim Suriah bersikap ofensif terhadap rakyat pengunjuk rasa yang menuntut reformasi.
Rusia, sekutu tradisional Damaskus, dan China telah menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB terkait konflik di Suriah, yang menurut kelompok oposisi telah menewaskan sekitar 30.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan.
Negara Syiah Iran adalah sekutu regional terdekat rezim Bashar Assad, yang merupakan seorang penganut Syiah Alawi.
Pemerintah Syiah Iran dituduh negara Barat dan Muslim Arab memberikan bantuan militer kepada rezim Assad.
Tuduhan itu sepertinya benar, sebab belum lama ini seorang blogger Iran menampilkan foto kuburan anggota Garda Revolusi di Teheran, yang nisannya menunjukkan bahwa orang tersebut meninggal di Damaskus. Situs pemerintah setempat menyebut bahwa orang itu tewas saat bertugas. Baca berita sebelumnya: “Batu nisan bukti militer Iran ikut berperang di Suriah”.
Turki mendukung oposisi Suriah da Erdogan mengatakan bahwa negaranya menampung sekitar 91.000 pengungsi Suriah.*