Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kepemimpinan Donald Trump tidak berdampak positif bagi Muslim
Oleh: Ali Mustofa Akbar
Hidayatullah.com | DONALD Trump, kandidat Partai Republik, berhasil kembali ke Gedung Putih setelah empat tahun dengan mengamankan dukungan yang signifikan di negara-negara bagian “swing states”.
Donald Trump menang dukungan di wilayah pinggiran kota, di mana Partai Demokrat sebelumnya memiliki keunggulan. Ia juga mencatatkan peningkatan dukungan yang cukup besar di kalangan pemilih kulit hitam dan Latino.
itus berita “FOX” mengidentifikasi tiga alasan di balik kemenangan Trump ini. Pertama, Trump berhasil memperkuat dukungannya di wilayah pedesaan, terutama di Pennsylvania, yang memberinya 19 suara Electoral College.
Dalam Pemilu sebelumnya, ia dan Biden sama-sama menang tipis di negara bagian tersebut.
Kedua, ada penurunan dukungan bagi Partai Demokrat di pinggiran kota, yang seharusnya menjadi penyeimbang dominasi Republik di wilayah pedesaan.
Di daerah-daerah seperti Loudoun, Virginia Utara, margin kemenangan Demokrat menyusut. Namun, beberapa pinggiran kota, seperti di sekitar Atlanta, tetap mendukung Demokrat, dengan Harris tampil lebih baik daripada Biden di 2020.
Ketiga, terjadi erosi dukungan Partai Demokrat di kalangan pemilih Latino, yang menjadi tren signifikan di beberapa daerah berpenduduk Latino besar.
Di Florida, wilayah Miami-Dade yang sebelumnya menjadi basis Demokrat beralih ke Trump. Wilayah Osceola yang berpenduduk banyak komunitas Puerto Rico juga berpindah dukungan.
Tren serupa terlihat di Texas Selatan, di mana Trump memperluas margin kemenangannya, bahkan mengungguli Harris di beberapa wilayah. Survei nasional menunjukkan erosi lebih luas dari dukungan Latino terhadap Demokrat di seluruh Amerika Serikat.
Alasan Domestik
Kemenangan Trump tidak terlalu aneh, sebab meski terkesan lebih agresif dibanding Harris terkait kebijakan luar negeri (dengan haluan politik yang sama dengan imperialismenya).
Kenapa? faktor utamanya sebagaimana laporan AP, Washington Post, New York Post; bahwa para vouters memilih kandidat berdasar isu-isu domestik ketimbang isu luar negeri, terutama ekonomi domestik seperti invlasi, pengangguran, biaya hidup, dst.
Mengingat pendahulu Harris yang sama-sama dari partai Republik yakni presiden Joe Biden,Al mencatat tingkat inflasi tertinggi dalam 41 tahun pada Juni 2022, yaitu 9.1%.
Selama masa jabatannya, Federal Reserve Amerika menaikkan suku bunga dana federal ke tingkat tertinggi dalam 23 tahun, dalam kisaran 5.25 – 5.5%.
Dalam masyarakat kapitalis, isu ekonomi akan menjadi daya pikat paling memikat vouters. Sebab ekonomi kapitalisme memang cenderung menimbulkan fluktuasi ekonomi dan ketidakpastian pasar, hal ini secara langsung mempengaruhi daya beli masyarakat dan, pada akhirnya, kesejahteraan mereka, meski di negara maju sekalipun.
Membaca Kebijakan Trump
Berkaca pada pemerintahan era Trump sebelumnya, dimana pendekatan Trump banyak tidak bersahabatnya dengan dunia Islam. Seperti halnya kebijakan-kebijakan di antaranya: Pegakuan Yerusalem (Baitul Maqdis) sebagai ibu kota “Israel” pada tahun 2017, larangan bepergian (travel ban) ke beberapa negera Muslim, dukungannya terhadap otoritarian di negeri-negeri muslim seperti Saudi atau Mesir berdampak pula ke sikap kebijakan negara-negara tersebut dalam usaha membantu Palestina, meningkatnya islamophobia di AS yang berdampak sikap diskriminatif terhadap umat Islam di AS.
Dampaknya bagi umat Islam
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kepemimpinan Donald Trump tidak berdampak positif dan kurang menguntungkan bagi Muslim. Salah satunya boleh jadi potensi anti-Islam akan semakin naik.
Untuk mengatasi potensi peningkatan Islamofobia dan kesalahpahaman terhadap Islam, sebaiknya Muslim meningkatkan penggunaan media –baik itu media sosial maupun media umum– untuk mensosialisasikan keindahan Islam dan menyebarkan informasi yang benar tentang Islam.
Inisiatif ini bertujuan memperbaiki persepsi publik dan mengurangi ketakutan atau stereotip negatif.
Butuh pula usaha agar terciptanya kesadaran di tengah-tengah umat akan bahaya sistem sekulerisme dan turunannya, yang mengakibatkan umat Islam terpecah belah menjadi negeri-negeri kecil tak berdaya yang menjadi santapan empuk negara-negara penjajah.
Umat Islam butuh untuk menggalang persatuan yang hakiki dan satu irama dalam menghadapi masalah-masalah serius yang berakibat dan berdampak pada hajat hidup umat Islam. Wallahu a’lam.*
Penulis dosen dan pemerhati internasional