Oleh: Linda Langitshabrina
SEBAGAI pintu gerbang pelaksanaan perintah berhijab, kehadiran hijab style memang disebut-sebut sebagai berita baik.
Wacana ini juga memperlebar jalan masuk ulama di ranah online maupun offline, on air maupun off air untuk menjelaskan secara rinci makna dan aturan hijab dalam Islam.
Felix Siauw, Asma Nadia, Oki Setiana Dewi, dan tokoh lainnya menawarkan warna syar’i dalam hingar-bingar wacana hijab style yang lebih condong pada dunia fashion yang penuh pesan glamour. Peggy Melati Sukma, Oki Setiana Dewi, dan Lira Virna mulai menjadi ikon hijab syar’i di kalangan artis.
Pada puncak booming hijab style, sebuah majalah yang fokus pada kajian Muslimah menggagas satu proyek perlawanan kompromistis bertajuk Hijab Syar’i Community yang diperkenalkan melalui akun Facebook sejak Oktober 2012.
Sebuah tim didaulat untuk memperkenalkan hijab syar’i yang tetap terlihat stylish ke sekolah, kamus, atau komunitas remaja lainnya. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh Hijabers Community, komunitas ini juga mengadakan kajian Muslimah seputar hijab, tutorial hijab, dan beauty class.
Perbedaannya terdapat pada kata syar’i sebagai bingkai gerakan Hijab Syar’i Community. Pada setiap pertemuan dilakukan tutorial hijab syar’i yang fashionable.
Fashionable yang sejak awal menjadi prinsip hijab style dijadikan wahana kompromi oleh komunitas ini. Untuk diterima khalayak, komunitas baru ini meleburkan prinsip hijab syar’i dan hijab fashionable, dua prinsip yang sudah memiliki sistem masing-masing. Parameter pun dibuat. Hijab syar’i berdasar pada aturan Islam sedangkan hijab fashion mengaitkan diri pada perkembangan fashion dunia yang berkiblat ke negara-negara Barat.
Sebagai kompromi terhadap hijab fashion, Hijab Syar’i Community menggunakan warna-warna pakaian yang cerah. Pada bagian jilbab, beberapa helai kain berwarna mencolok dipadankan dengan cara menyerupai hijab style tetapi tetap lebar menutupi dada dan punggung. Inovasi hijab syar’i yang stylish pun lahir. Namun, hijab lebar dengan banyak belitan dan ikatan ternyata mengembalikan kesan “ribet” yang sedang diruntuhkan oleh hijab style.
Gaya hijab syar’i kompromistis ini ternyata tidak serta merta menarik pengguna hijab style yang umumnya baru berhijab.
Justru jilbaber, pengguna hijab lebar yang tertarik dan mengubah gaya jilbab konvensional mereka menjadi hijab syar’i tapi stylish ini.
Kelahiran hijab syar’i stylish ini semakin meramaikan wacana hijab di dunia Muslimah. Bertambahnya pilihan gaya berhijab, berarti bertambah pula sistem berpakaian, sehingga bertambah pula sistem nilai yang harus dipilih oleh para Muslimah. Mereka harus memilih antara syar’i, fashionable, atau syar’i dan stylish.
Kemunculan hijab syar’i stylish ini mengakomodasi jilbaber yang ingin tampil trendi. Gaya-gaya hijab syar’i stylish pun bermunculan. Objek wacana hijab style pun semakin meluas. Produsen hijab kembali menangkap peluang komoditasnya. Hijab-hijab lebar berwarna gelap, terang, sampai berwarna mencolok muncu di pasaran.
Pelaku pasarnya tidak hanya produsen hijab yang sudah eksis tapi juga artis, aktivis Islam, dan Muslimah yang peduli terhadap penyebaran hijab. Pada saat yang sama hijab-hijab yang lengkap dengan cadar pun mulai ramai dijual di pasaran. Muslimah sebagai konsumen mendapatkan kebebasan untuk memilih hijab syar’i, stylish, atau yang berada di antaranya. Semakin jelas bahwa wacana hijab style selalu berakhir di pasar. Dunia fashion tidak akan lepas dari perkembangan kapital.
Fenomena lain yang terjadi pada wacana hijab syar’i stylish ini adalah perubahan bahan hijab. Karena perubahan bentuk pada hijab syar’i sangat terbatas, inovasi terjadi pada bahan baku. Bahan yang menyerap keringat, tebal, dan tidak membentuk lekuk tubuh menjadi favorit Muslimah pengguna hijab syar’i stylish.
Peningkatan kualitas dan variasi bahan menjadi wahana yang takmelanggar nilai-nilai hijab sebagai pakaian tertulis dalam Al Quran dan hadits. Perpaduan warna dan motif hijab yang tepat melahirkan citra elegan, anggun, mewah.
Citra-citra ini membuat nilai tukar hijab menjadi berlipat. Lahirlah hijab syar’i generasi baru yang harganya dapat mencapai Rp700.000 per set.
Di satu sisi hijab-hijab syar’i berharga tinggi ini menjadi salah satu jalan untuk perempuan kelas atas menggunakan hijab. Di sisi lain harga hijab tinggi tengah menguatkan pengaruh gaya hidup boros di kalangan Muslimah. Gaya hidup ini memperluas jangkauannya pada kalangan Muslimah yang menggunakan hijab sesuai dengan aturan syariat. Kesesuaian bentuknya dengan aturan syariat membuat Muslimah mengabaikan pengaruh lain yang sedang melandanya. Ini didukung dengan mulai banyaknya artis yang menggunakan hijab-hijab syar’i dan memamerkannya di media sosial. Pamer hijab syar’i pun merebak di akun-akun media sosial para Muslimah.* (bersambung)
Linda Langitshabrina, tertarik pada wacana hijab dan budaya populer di Indonesia. Twitter: @langitshabrina