Oleh: Fahmi Salim
Hidayatullah.com | TAK sulit menemukan Jalan Soekarno di kota Rabat, Maroko. Rue Soekarno, nama jalan itu biasa disebut dalam bahasa Perancis, sebelumnya bernama Al Rais Ahmed Soekarno. Berada di pusat kota, tidak jauh dari stasiun kereta Casa Voyager. Nama Jalan Soekarno bernilai historis, tidak hanya di Maroko, juga di Mesir dan Pakistan. Nama Soekarno diabadikan menjadi nama jalan sebagai penghormatan atas jasa Presiden Soekarno saat menggalang kekuatan negara–negara dunia ketiga dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung.
Peresmian Jalan Soekarno diresmikan pada tahun 1960 oleh Raja Mohammed V, yang dihadiri langsung Presiden Soekarno, kepala negara yang pertama di dunia melakukan kunjungan ke Maroko, setelah negeri ini merdeka dari Perancis pada tanggal 2 Maret 1956. Saat itu, Raja Maroko menawarkan berbagai hadiah kepada Presiden Soekarno, namun ia lebih memilih permintaan agar setiap warga negara Indonesia yang berkunjung ke Maroko dibebaskan dari visa, Karena itulah, jika berkunjung ke Maroko, kita mendapatkan fasilitas bebas visa selama 3 bulan.
Menurut Dubes Indonesia untuk Kerajaan Maroko dan Republik Islam Mauritania, H.E. Hasrul Azwar, peristiwa bersejarah ini makin memperkokoh hubungan Indonesia dan Maroko, karena memiliki kesamaan sikap dan pandangan terhadap berbagai isu regional dan Internasional. Kedua negara telah lama menjalin kerjasama bilateral dalam berbagai bidang. Pada tahun 2019 lalu, Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourrita melakukan kunjungan ke Indonesia, untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi. “Sampai saat ini Indonesia selalu surplus dalam hubungan dagang dengan Maroko,” ujar Dubes Hasrul yang disampaikannya dalam program Ngaji Syar’ie (NGESHARE), “Ngaji Dulu, Alim Kemudian.” Simak selangkapnya di link ini: https://youtu.be/HxjgODfrm8Y
Berbagai produk unggulan Indonesi yang diekspor ke Maroko, antara lain garmen, karet, kelapa sawit, kopi dan teh. Sementara itu, untuk impor yang terbanyak dari Maroko adalah produk fosfat. Bahan pupuk asal Maroko ini terbaik di dunia. Saat ini, Maroko juga ingin memasarkan jeruknya yang unggul di Provinsi Agadir, untuk menyaingi jeruk asal China. “Kami lagi nego supaya buah asal Indonesia seperti buah naga dan nanas bisa diekspor juga ke Maroko,” kata Dubes Hasrul. Namun, jarak yang jauh sering menjadi kendala. Untuk penerbangan saja, dari Jakarta ke Kota Rabat menempuh waktu selama 16 jam.
Maroko adalah negeri yang eksotik, dikenal dengan negeri seribu benteng disebut juga dalam bahasa arab Al Mamlakah Al Maghribiyah (Negeri matahari terbenam), dikarenakan intensitas penyinaran matahari di negara ini terbilang sedikit. Negeri yang berada di ujung barat Afrika Utara ini, lebih dekat ke Eropa dan terkenal dengan industri pariwisatanya. Kota Casablanca misalnya selain sebagai kota modern, juga memiliki kota tua, yang dikelilingi benteng-benteng peninggaran sejarah yang dibangun pada masa penjajahan Perancis. Berbagai bangunan tua bergaya Moor, masih berdiri kokoh. Selain itu, ada Marrakesh, kota wisata unggulan Maroko yang karena keindahannya sering dijadikan lokasi syuting film.
Di Maroko dan Spanyol jamak ditemukan situs-situs bangunan bersejarah yang memiliki gaya arsitektur yang mirip dan nampak saling mempengaruhi. Ciri khasnya adalah bergaya Moor dan menara berbentuk segi empat yang menjulang tinggi. Karena dalam sejarahnya, 2 dinasti yang pernah berkuasa di Maroko yaitu Muwahhidun (Mohads) dan Murabithun (Moravids) juga menguasai daratan semenanjung Iberia yang kita kenal dengan Peradaban Islam Andalusia. Girilda Tower di Sevilla adalah sisa peninggalan Islam dinasti Mohads, sebaliknya di Marrakesh terdapat istana tua bercorak khas Al-Hambra di Granada Andalusia.
Meskipun hubungan Indonesia dan Maroko begitu dekat. Tak banyak mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Maroko. Saat ini, tercatat sekitar 200 mahasiswa. Seperti yang dialami Dr. Arif Rahman, yang mengambil pasca sarjana di Maroko. “Pada tahun 1998, mahasiswa Indonesia hanya sekitar 10 orang,” ungkapnya yang juga berbagi kisah dalam program NGESHARE. Setiap tahun, pemerintah Maroko memberi jatah beasiswa sebanyak 15 orang dan sejak tahun 2020, berkat lobi-lobi Dubes Hasrul Azwar bertambah menjadi 30 orang, meskipun pengiriman mahasiswa ditunda untuk tahun ini, karena terkendala pandemi Covid 19.
Kuliah di Maroko sebenarnya cukup menyenangkan. Selain cuacanya yang nyaman, juga masyarakat disana begitu bersahabat dengan mahasiswa asal Indonesia. Karena, hubungan Indonesia dan Maroko tidak bisa dilepaskan dari faktor historis perjuangan kemerdekaan. Karena itu, menurut Dubes Hasrul, pihak KBRI tengah berusaha menyediakan berbagai fasilitas pendidikan untuk mahasiswa Indonesia, seperti membeli apartemen mahasiswa bekerjasama dengan ikatan alumni Maroko. Saat ini, sudah terkumpul uang donasi sebanyak Rp. 425 juta.
Siapa kita, apa pun profesinya harus meninggalkan berbagai amal kebajikan, yang bermanfaat untuk banyak orang. Karena, jejak kebaikan itu akan abadi dan terus dikenang, sebagaimana yang dahulu telah ditorehkan Presiden Soekarno dengan membangkitkan semangat nasionalisme negara-negara ketiga di Asia Afrika untuk terbebas dari penjajahan barat, termasuk membakar semangat para pejuang kemerdekaan Maroko. Inilah yang disebut amal soleh, yang dalam ayat terakhir dalam surat Al Kahfi merupakan prasyarat untuk berjumpa dengan Alloh. Alloh Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya“. (QS. Al Kahfi: 110).
Ayat ini menjadi refleksi pembuka dari Dubes Hasrul Azwar, yang menurutnya, beramal soleh itu merupakan kewajiban bagi orang-orang beriman, setelah menunjukan pengabdiannya kepada Alloh dan tidak menyekutukannya. “Tidak ada lagi negosiasi untuk beramal soleh, jika kita ingin bertemu dengan Alloh,” jelas politisi senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.
Di awal ayat, Alloh Ta’ala menegaskan kepada rasul-Nya, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Sesembahan kamu itu adalah Sesembahan yang satu…. “. (QS. Al Kahfi: 110). Untuk memurnikan akidah, kita dilarang untuk menyembah Rasulullah. Tapi, karena beliau diberi wahyu, maka kita tidak boleh mendustakannya dan wajib menerima semua yang datang dari beliau serta mengamalkannya.
Semua ibadah dan amalan yang kita lakukan harus mengikuti contoh Rasulullah. Inilah yang disebut ittiba’ussunnah. Namun, semua amal itu harus disertai dengan keikhlasan, artinya harus didedikasikan karena Alloh. Karena, amalan inilah yang diterima dan pelakunya akan mendapatkan pahala berlipat dan keridhoaan dari Alloh Azza wa Jalla.
Maka, di akhir ayat, Alloh kembali menegaskan untuk tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Maka, tak ada cara lain bagi orang-orang beriman untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia kecuali kita meningkatkan amal sholeh dan keikhlasan dalam setiap langkah perjuangan kita. Wallahu ‘alam.*
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dan Komisi Dakwah MUI. Artikel ini disarikan dari program Ngeshare Bersama Dubes H.E. Hasrul Azwar