Sambungan artikel PERTAMA
Membidani Kelahiran WAMY
Melalui berbagai pertemuan internasional di forum World Assembly of Youth (WAY), pada akhir 1960-an Siddik dengan beberapa kawan mengajak delegasi Muslim dari berbagai negeri yang berafiliasi kepada WAY, seperti Anwar Ibrahim dari Malaysia untuk mendirikan semacam WAY untuk dunia Islam. Maka setelah itu Siddik dengan beberapa kawan seperjuangan membuat pernyataan bersama untuk menyatakan komitmen mendirikan organisasi pemuda Islam sedunia yang juga dirasakan oleh pemuda dan mahasiswa Muslim di negeri-negeri lain di luar forum WAY.
Pada tahun 1973, Presiden Libya, Moammar Qadhafi, mengadakan Konfrensi Pemuda Islam Sedunia di Trapoli. Siddik dan beberapa tokoh pemuda dan mahasiswa dari Indonesia hadir pada Konferensi tersebut. Sayang pertemuan Tripoli tidak berhasil, karena Qadhafi ingin menerapkan “teori alam ketiga” dan Kitabul Akhdar (Buku Hijau) yang menjadi dasar gerakan Pan-Arabisme, sedangkan mayoritas delegasi menghendaki dasar Islam saja.
Sekadar untuk diketahui, teori alam ketiga itu membagi dunia atas tiga lapis atau tiga lingkaran. Lapis inti adalah dunia Arab, lingkaran kedua dunia Islam, dan lingkaran terluarnya adalah negara berkembang.
Baru pada pada pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia atas inisiatif Menteri Pendidikan Tinggi Sheikh Hasan Al Sheikh, gagasan membentuk organisasi pemuda Islam sedunia ini dapat direalisir dengan lahirnya World Assembly of Moslem Youth (WAMY) dengan kegiatan utamannya da’wah dalam pengertian mengajak atau mengundang melalui seminar, Penerbitan, pendistribusian buku-buku, bantuan pendidikan/beasiswa, ceramah, dan lain-lain.
Beasiswa untuk Negeri Minoritas Muslim
Pada tahun 1979 setelah berhenti dari PBB, Siddik bekerja di OKI, Jeddah, Saudi Arabia dari 1979 hingga 1984. Ketika itu Siddik merasa kurang puas, karena OKI tidak berbuat banyak mengatasi konflik antar negeri-negeri Islam terutama antara Iran dan Iraq.
Meskipun OKI berhasil menjalin solidaritas dan Kerjasama antar negeri-negeri Islam. Oleh karena itu, ketika pada tahun 1984 ada kesempatan pindah ke Islmic Development Banking (IDB), Siddik segera berkonsultasi dengan Duta Besar RI di Saudi Arabia, Letnan Jenderal (Purn) H. Achmad Tirtosudiro. Siddik pun hijrah dan bekerja di IDB selama 17 tahun di kantor pusat di Jeddah, dan empat tahun di Kuala Lumpur, Malaysia, sebagai Direktur IDB untuk wilayah Asia Pasifik.
Selama di OKI, dan kemudian di IDB, Siddik selalu membantu Dewan Da’wah dengan mengirim informasi mengenai kegiatan dakwah di berbagai belahan dunia Islam dan terus memelihara hubungan baik dengan Bapak Mohammad Natsir.
Setelah menyelesaikan tugas di Kuala Lumpur dirinya ditarik mengisi posisi sebagai Direktur Technical Cooperation dan ketika memasuki umur 60 tahun pengabdiannya, Siddik mengundurkan diri karena sudah berniat akan berkiprah di Tanah Air. Pada awal di IDB Siddik diberi tugas mengembangkan program beasiswa IDB untuk masyarakat di negeri-negeri minoritasas Muslim, terutama untuk pendidikan kedokteran, tehnik, pertanian dan eksakta lainnya.
IDB memillih program tersebut sebagai sebuah terobosan untuk membangun sumber daya insani di negeri negeri Muslim minoritas yang memang sangat ketinggalan.
Survei yang diadakan di negeri-negeri seperti Filipina, Myanmar, Kamboja, Sri Langka, Nepal, Ghana, Tanzania, Nigeria, Kenya, Siera Leone, Malawi dan lain lain; menunjukkan sangat sedikit atau hampir tidak ada profesi dokter, insinyur, ahli pertanian, dan profesi pembangunan lainnya yang dipegang oleh orang Muslim. Orangtua enggan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah umum, karena sejak awal didirikan oleh para missionaris atau zending yang bertujuan memengaruhi agama anak didiknya.
Melalui program beasiswa dokter gigi IDB, selama 20 tahun terakhir sudah ada lebih dari dua ribu dokter, insinyur ahli pertanian, dan lain-lain. Di Indonesia dewasa puluhan mahasiswa IDB dari Myanmar, Vietnam dan Kamboja yang belajar di UGM, UI, IPB, Universitas Brawijaya (Unibraw) dan lain-lain.
Naluri dakwah Siddik, mendorong terlaksananya program conselling untuk mahasiswa yang sedang belajar. Untuk Itu di setiap negeri dia mengangkat Consellor Kehormatan dan kalangan akademisi dan gerakan yang berwawasan Islami untuk memberi bimbingan rohani dengan pengajian (taklim) setiap dua pekan, minimal sebulan sekali, dan mengarahkan mereka untuk terus memperkaya bekal ilmu agama dan kepemimpinan agar bila mereka kembali dapat memimpin masyarakat Muslim di negaranya masing-masing.
Pengalaman Siddik selama mengelola training di PII dan HMI, dikombinasi dengan pengalaman ahli-ahli pengembangan masyarakat dan conselling yang direkrut khusus untuk menguatkan aspek ini. Banyak peserta program IDB ini yang sekarang terlahir menjadi dokter, insinyur, ahli pertanian, apoteker, dan lain-lain, memainkan peranan manajerial dalam pembangunan negeri mereka.
Kembali ke Dewan Da’wah
Setelah melanglang buana selama hampir 30 tahun, Siddik berusia 60 tahun, Siddik memutuskan pulang ke Indonesia. Dia ingin mengabdi ke Tanah Air yang sudah lama ditinggalkan, Siddik kembali ke markas habitatnya, Dewan Da’wah Indonesia yang sejak masih muda ia banyak menimba ilmu dan ketauladan dari tokoh-tokoh Masjumi.
Saat kembali ke markas besar, Siddik diamanahi menjadi salah seorang ketua Dewan Dakwah. Pada periode berikutnya, Sidik diberi amanah menjadi Ketua Badan Pengawas sesuai UU Yayasan yang baru. Siddik juga sempat diamanahi sebagai Direktur Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (LAZIS) Dewan Da’wah yang diresmikan oleh Menteri Agama RI bulan September 2002 sesuai dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Zakat.
“Melalui LAZIS, kami ingin menghadirkan perananan Dewan Dakwah menangani korban bencana alam di hampir seluruh Indonesia, memberikan pelayanan kesehatan Gratis, membuat program rehabilitasi ekonomi untuk korban bencana alam. “
Dengan pengalaman dan networking yang luas, Siddik mendorong LAZIS Dewan Da’wah mencari dukungan untuk pendanaan da’i Dewan Da’wah yang ditempatkan diberbagai daerah di seluruh Tanah Air. Ia juga sempat diberi amanah memimpin perusahan travel biro pelayanan Haji dan Umrah milik Dewan Da’wah sebagai bagian dari kegiatan Dewan Da’wah yang kelebihan pendapatannya untuk mendukung kegiatan dakwah.
Tahun 2015, Dewan Pembina sepakat memilih Siddik menjadi Ketua Umum Dewan Da’wah menggantikan K. H. Syuhada Bahri yang menyatakan mengundurkan diri. “Tugas ini sangat berat” kata Siddik berterus terang. Menurutnya, tugas memimpin Dewan Da’wah terasa berat bukan saja karena dia harus belajar dari kepemimpinan, kesahajaan, dan keitiqomahan para pendiri organisasi itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hadza Min Fadhli Rabbi
Di akhir hayatnya, Siddik masih selalu nampak segar, meskipun pada tahun 2005 Sempat mengalami operasi bedah jantung. “Alhamdulillah, ini semua karena Allah, hadza min fadli Rabbi,” katanya merendah dan dengan penuh rasa syukur.
Pria yang lahir dari keluarga sederhana ini, tumbuh dan besar dalam lingkungan yang sangat peduli kepada pendidikan dan dakwah. Itu pulalah yang membuatnya beraktifitas di organisasi dakwah tingkat nasional hingga internasional.
Pria berdarah Pakistan ini sejak kecil suka merenungkan kata-kata hikmah dan mutiara bijak yang sering ia lihat di beberapa surat kabar dan majalah. Salah satu renungan hikmah yang menjadi inspirasinya adalah; “hiduplah sebelum kelahirannmu dan matilah sebelum meninggalmu.” (jadilah orang yang baik yang selalu diidamkan orang dan selalu dikenang orang).
Orang baik itu sebelum tiba di suatu tempat atau sebelum ia dilahirkan di tempat itu, orang sudah mendengar kebaikannya dan orang mengharapkan kehadirannya, dengan kata lain ia sudah hidup sebelum kehidupannya di tempat itu, katanya. Selanjutnya meskipun nanti orang baik itu pindah dari tempat itu, orang sudah mengenang dirinya karena kebaikan dan jasa-jasa serta sumbangannya untuk masyarakat yang ditinggalkannya itu, seolah-olah dia masih hidup dan masih belum meninggalkan tempat itu.
“Tapi ini adalah motto kehidupan, atau filsafat kehidupan yang saya dambakan dan suatu keinginan yang tidak mudah diwujudkan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala meridhai dan menolong kita merealisasikan mimpi ini,” kata Siddik suatu ketika sebelum dipanggil Allah.
Alhamdulillah, semua harapan itu telah terkabul. InsyaAllah kebaikan dan amal shalihnya yang banyak dirasakan umat . Semoga Allah menempatkan tempat yang mulia padanya. Amin.*
Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun