Hidayatullah.com — Arab Saudi telah melampaui India sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia, dengan tingkat pertumbuhan sektor non-minyak tercepat dalam satu tahun.
Ekonomi non-minyak per tahun Arab Saudi tumbuh 6,2 selama kuartal keempat pada 2022, tertinggi sejak kuartal ketiga 2021, menurut Otoritas Umum untuk Statistik. Ekonomi minyak naik 6,1 persen, data yang dirilis pada Selasa menunjukkan.
Secara keseluruhan, ekonomi tumbuh sekitar 8,7 persen tahun lalu, menurut pemerintah Saudi, sejalan dengan perkiraan dari Dana Moneter Internasional (IMF), menempatkan negara kaya minyak jauh di depan tingkat pertumbuhan India, sejumlah 6,8 persen.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada bulan Januari, Kristalina Georgieva, kepala IMF, mengatakan dana tersebut memandang tingkat pertumbuhan Arab Saudi “dengan rasa terima kasih” sebagai keuntungan bagi ekonomi dunia.
Dilansir MEE pada Selasa (01/02/2023), Arab Saudi menorehkan beberapa pertumbuhan ekonomi tercepat dalam beberapa dekade akibat perang Ukraina yang menaikkan harga energi.
Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi menonjol pada saat sebagian besar dunia bersiap menghadapi resesi. Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya umumnya menghindari inflasi global terburuk dalam sejarah, yang diperburuk oleh kenaikan harga energi.
Kerajaan menggunakan pendapatan dari minyak untuk melanjutkan proyek-proyek besar seperti mega-kota Neom senilai $500 miliar, bandara baru di Riyadh, dan Proyek Laut Merah.
Riyadh juga menawar mineral strategis dan aset pertambangan di luar negeri sambil berinvestasi dalam segala hal mulai dari anime Korea hingga saham teknologi AS. Pada tahun 2021, mengakuisisi klub sepak bola Inggris, Newcastle United.
Tahun 2023
Dana Investasi Publik Arab Saudi (PIF), yang diketuai oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, menjadi garis tedepan dalam upaya mendiversifikasi ekonomi kerajaan dari ketergantungannya pada bahan bakar fosil.
Putra mahkota telah memperkenalkan beberapa reformasi sosial, membuka kerajaan konservatif hingga hiburan barat dan berusaha membuatnya lebih menarik bagi bisnis global, bahkan saat ia melakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di dalam negeri.
Sementara IMF memuji kemajuan Arab Saudi dalam mendiversifikasi ekonominya, penurunan pertumbuhan kerajaan tahun 2023 baru-baru ini menunjukkan bagaimana bahan bakar fosil terus mendominasi ekonominya.
Pada hari Selasa, IMF memperkirakan Arab Saudi akan tumbuh sebesar 2,6 persen pada tahun 2023, berkinerja buruk di wilayah yang lebih luas, dan menandai penurunan 1,1 poin persentase dari perkiraan dana Oktober.
“Penurunan peringkat untuk 2023 terutama mencerminkan produksi minyak yang lebih rendah sejalan dengan kesepakatan melalui OPEC+, sementara pertumbuhan non-minyak diperkirakan akan tetap kuat,” kata IMF dalam sebuah laporan.*