Hidayatullah.com– Ilmuwan kontroversial He Jiankui diberikan visa Hong Kong atas talenta yang dimilikinya, meskipun memiliki catatan kriminal di China karena malapraktik yang dilakukannya yaitu mengedit gen embrio bayi.
Dalam keterangan pers hari Selasa (21/2/2023) di Beijing, He Jiankui mengatakan bahwa dirinya sedang melakukan kontak dengan sejumlah universitas di Hong Kong dan berencana melakukan riset terapi gen untuk penyakit-penyakit turunan langka, lapor Associated Press.
Pada tahun 2018, He Jiankui mengungkap bahwa dirinya telah mengedit gen dua embrio bayi kembar, yang dikenal sebagai Lulu dan Nana, sebelum dilahirkan, dengan tujuan membuat mereka resistan terhadap HIV. Diketahui kemudian bahwa dia juga mengedit gen bayi ketiga. Pada 2019, pengadilan di Shenzen menghukumnya tiga tahun penjara dan denda 3 juta yuan karena melanggar undang-undang di China perihal riset ilmiah dan melakukan praktik kedokteran tanpa izin. Pengadilan juga menyatakan bersalah He dan dua peneliti lainnya atas dakwaan memalsukan dokumen tinjauan etika.
Hari Selasa, Chris Sun Yuk-han, memteri urusan tenaga kerja dan kesejahteraan Hong Kong, mengatakan pemohon visa talenta – yang mulai dibuka sejak 28 Desember 2022 – tidak diharuskan membuat pengakuan pernah memiliki catatan kriminal.
Belakangan ini Hong Kong berupaya menarik kedatangan kalangan profesional internasional guna mendongkrak perekonomiannya yang melemah akibat pandemi dan kehilangan banyak akademisi menyusul penerapan undang-undang keamanan baru buatan Beijing pada 2020. Jumlah akademisi yang meninggalkan perguruan tinggi negeri di Hong Kong pada 2021-2022 lebih tinggi 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan merupakan yang tertinggi sejak wilayah bekas koloni Inggris itu diserahkan kembali ke China pada 1997.
He Jiankui secara luas dikutuk oleh para ilmuwan karena praktik tidak etis yang melibatkan prosedur berisiko tanpa persetujuan penuh dari keluarga yang bersangkutan. Dia dipecat oleh Southern University of Science and Technology di Shenzhen pada 2019.
Sejak bebas dari penjara pada April 2022, dia mendirikan laboratorium independen di Beijing dengan fokus mengembangkan terapi berbiaya terjangkau untuk penyakit-penyakit genetik langka, seperti Duchenne muscular dystrophy (DMD) gangguan bawaan kelemahan otot progresif yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.*